BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan
kepustakaan mengenai sejarah kehidupan manusia, dapat dikethaui bahwa hubungan
antara manusia dengan sumber daya air sudah terjalin sejak beradab-abad yang
lalu.
Kerajaan-kerajaan besar yang sempat mencapai kejayaannya,
balk di negara kita rnaupun di belahan dunia yang lain, sebagian besar muncul
dan berkembang dari lembah dan tepi sungai (Kerajaan Majapahit, Sriwijaya,
Mesir, Mesopotamia, dll.)
Beberapa
hal penting yang menyebabkan eratnya hubungan manusia dengan sumber daya air,
dapat disebutkan antara lain :
- Kebutuhan manusia akan kebutuhan makanan nabati : Untuk kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan juga makanan nabati. Jenis makanan ini didapat manusia dari usahanya dalam mengolah tanah dengan tumbuhan penghasil makanan, Untuk keperluan tumbuh dan berkembangnya, tanaman tersebut memerlukan penanganan khusus, terutama dalam pengaturan akan kebutuhan airnya. Manusia kemudian membuat bangunan dan saluran yang berfungsi sebagai prasarana pengambil, pengatur dan pembagi air sungai untuk pembasahan lahan pertaniannya. Bangunan pengambil air tersebut berupa bangunan yang sederhana dan sementara berupa tumpukan batu, kayu dan tanah, sampai dengan bangunan yang permanen seperti bendung, waduk dan bangunan-bangunan lainnya.
- Kebutuhan manusia akan kenyamanan dan keamanan hidupnya Seperti telah diketahui bersama, dalam keadaan biasa dan normal, sungai adalah mitra yang baik bagi kehidupan manusia.
Namun,
dalam keadaan dan saatsaat tertentu, sungaipun adalah musuh manusia yang akan
merusak kenyamanan dan keamanan hidupnya. Pada setiap kejadian dan kegiatan
yang ditimbulkan oleh sifat dan perilaku sungai, manusia kemudian berfikir dan
berupaya untuk sebanyak-banyaknya memanfaatkan sifat dan perilaku sungai yang
menguntungkan dan memperkecil atau bahkan berusaha menghilangkan sifat yang
merugikan kehidupannya. Manusia lalu untuk memanfaatkan sumber daya air sungai,
misalnya bendungan-bendungan, pusat listrik tenaga air ataupun membuat bangunan
yang diharapkan akan dapat melindungi manusia terhadap bencana yang ditimbulkan
oleh perilaku sungai, misalnya waduk, krib, tanggul, penahan lereng, bronjong
dan fasilitas lainnya.
Kenyataan
sejarahpun kemudian membuktikan, bahwa manusia yang tidak bisa bersahabat dan
melestarikan keberadaan sumber daya air yang ada, akan surut dan runtuh
kejayaannya, kehancuran tersebut tidak hanya semata-mata
karena disebabkan oleh bencana yang ditimbulkan oleh perilaku sungai, namun
kebanyak merupakan proses akibat menurunnya fungsi sumber daya air sungai
sehingga mematikan beberapa sarana dan prasarana yang penting bagi kehidupan
manusia.
1.1 . BEBERAPA PENGERTIAN
a.
Daerah
pengaliran : adalah daerah pada pengaliran sungai (DPS), dimana apabila terjadi
peristiwa-peristiwa alam dan perubahan hidro-klimatologi, akan mempengaruhi kondisi pengaliran pada sungai
tersebut.
b.
Daerah irigasi atau daerah
pengairan : adalah kesatuan wilayah ataudaerah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
c.
Daerah
potensial : adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk dikembangkan.
d.
Daerah
fungsional : adalah bagian dari daerah potensial yang telah memiliki jaringan irigasi yang telah
dikembangkan; luas daerah fungsional ini sama atau
lebih kecil dari daerah potensial.
e.
Jaringan
irigasi : adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian dan penggunannya.
f.
Petak
irigasi : adalah petak lahan yang memperoleh pemberian air irigasi dari satu
jaringan irigasi.
g.
Penyediaan
irigasi : adalah penentuan banyaknya air yang dapat dipergunakan untuk
menunjang pertanian
h.
Pembagian
air irigasi : adalah penyaluran air yang dilaksanakan oleh pihak yang
berwenang dalam ekspoitasi pada jaringan irigasi utama hingga ke petak tersier.
12 TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan
pembuatan suatu bangunan air di sungai adalah sebagai upaya manusia untuk
meningkatkan faktor yang menguntungkan dan memperkecil atau menghilangkan
faktor yang merugikan dari suatu sumber daya air terhadap kehidupan manusia.
Manfaat
dari suatu bangunan air di sungai adalah untuk membantu manusia dalam
kelangsungan hidupnya, dalam upaya penyediaan makanan nabati dan memperbesar
rasa aman dan kenyamanan hidup manusia terutama yang hidup di lembah dan di
tepi sungai.
Tujuan
irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan pengaturan air
untuk menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan dan
mendistribusikan secara teknis dan sistematis.
Adapun manfaat suatusistem
irigasi adalah :
a.
untuk
membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah yang curah
hujannya kurang atua tidak menentu.
b.
untuk
mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah pertanain dapat di airi
sepanajng waktu, baik pada musim kemarau mupun pada musim penghujan.
c.
untuk
menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur
pada daerah pertanian sehingga tanah dapat menerima unsur-unrur penyubur.
d.
untuk
kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah (rawa) dengan endapan
lumpur yang dikandung oleh air irigasi.
BAB II
TEKNIKIR IGASI
1.1 UMUM
TENTANG IRIGASI
Bangunan
dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum Masehi. Hal ini dapat dibuktikan oleh peninggalan
sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah dunia.
Keberadaan
bangunan tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa sumber makanan nabati
yang disediakan oleh alam sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Segi teknis dari persoalan pertanian ini menimbulkan permasalahan dari
yang paling sederhana sampai yang paling sulit.
Air
tunduk pada hukum gravitasi, sehingga air dapat mengalir melalui
saluran-saluran secara alamiah ke tempat yang lebih rendah.
Untuk
keperluan air irigasi, dengan cara yang paling sederhanapun telah dapat dicapai
hasil yang cukup memadai.
Kemajuan
ilmu dan teknologi senantiasa memperluas batas-batas yang dapat dicapai dalam
bidang keirigasian.
Manusia
mengembangkan ilmualam, ilmu fisika dan juga hidrolika yang meliputi statika
dan dinamika benda cairoSemua ini membuat pengetahaun tentang irig~si bertambah
lengkap.
1.2 KUALITAS AIR IRIGASI
Tidak
semua air cocok untuk dipergunakan bagi kebutuhan air irigasi.
Air
yang dapat dinyatakan kurang baik untuk air irigasi biasanya mengandung :
a. bahan
kimia yang beracun bagi tumbuhan atau orang yang makan tanaman itu.
b. bahan
kimia yang bereaksi dengan tanah yang kurang baik,
c. tingkat
keasaman air (Ph) yang tinggi.
d. tingkat
kegaraman air,
e. bakteri
yang membahayakan orang atau binatang yang makan tanaman yang diairi dengan air
tersebut.
Sebenarnya
yang menentukan besarnya bahaya adalah konsentrasi senyawa dalam larutan tanah.
Dengan demikian, kriteria yang didasarkan pada kegaraman air irigasi hanyalah
merupakan suatu pendekatan saja.
Pada
awal pemakaian airyang kurang baik dalam jaringan irigasi, bahaya tersebut
tidak akan terlihat.
Namun
dengan bergulirnya waktu, konsentrasi garam di dalam tanah akan meningkat. Sejumlah
unsur dapat merupakan racun bagi tanaman atau binatang.
Misalnya
kandungan boron sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, namun konsentrasi lebih
dari 0,05 mg/liter akan dapat menggangu sitrus, kacang-kacangan dan buah
musiman.
Untuk
kandungan boron yang lebih dari 4 mg/liter, semua tanaman dianggap akan
mendapatkan gangguan.
Boron
terkandung dalam sabun sehingga dapat merupakan faktor yang kritis dalam
penggunaan limah bagi irigasi.
Selenium,
walaupun dalam konsentrasi rendah, sangat beracun bagi ternak dan harus
dihindari, Garam-garam yang berupa kalsium, magnesium dan potasium dapat juga
berbahaya bagi air irigasi.
Dalam
jumlah yang berlebihan, garam – garam ini akan mengurangi kegiatan osmotik
tanaman, mencegah penyerapan zat giri dari tanah.
Di
samping itu, garam-garam ini dapat mempunyai pengaruh kimiawi tidak langsung
terhadap metabolisme tanaman dan mengurangi kelulusan air dari tanah yang
bersangkutan dan mencegah drainase atau aerasi yang cukup.
Konsentrasi
kritis di dalam air irigasi tergantung dari berbagai faktor, namun jumlah yang
melebihi 700 mg/liter akan berbahaya bagi beberapa jenis tanaman dan
konsentrasi yang melebihi 2000 mg/liter akan berbahaya bagi hampir seluruh
tanaman.
1.3 SISTEM IRIGASI DAN
KLASIFIKASIJARINGAN IRIGASI
Dalam perkembangannya, irigasi
dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Irigasi
Sistem Gravitasi
Irigasi
gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama. dikenal danditerapkan dalam
kegiatan usashatani.
Dalam
sistem irigasi ini, sumber airdiambil dari air yang ada di permukaan burni
yaitu dari sungai, waduk dahdanau di dataran tinggi.
Pengaturan
dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan
secara gravitatif.
2. Irigasi
Sistem Pompa
Sistem
irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan,apabila pengambilan secara gravitatif
ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupun teknik.
Cara
ini membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar.
Sumber
air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari sungai,
misalnya Setasiun Pompa Gambarsari dan Pesangrahan (sebelum ada Bendung Gerak
Serayu), atau dari air tanah, seperti pompa air suplesi di DI simo, Kabupaten
Gunung Kidul, Yogyakarta.
3. Irigasi
Pasang-surut
Yang
dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang
memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut.
Areal
yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung
dari peristiwa pasang-surut air laut.
Untuk
daerah Kalimantan misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30 - 50 km
memanjang pantai dan 10 - 15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air
tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan tanah sulfat masam dan
akan dibuang pada saat air laut surut.
Adapun
klasifikasi jaringa irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara pengukuran
aliran air dan fasilitasnya, dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu :
- Jaringan Irigasi Sederhana
Di
dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur sehingga air lebih akan mengalir
ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar
antara sedang dan curam.
Oleh
karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air
(lihat gambar 2.1.).
Jaringan
irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki kelemahankelemahan serius
yakni :
1.
Ada
pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah yang
tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang subur.
2. Terdapat banyak pengendapan yang
memerlukan lebih banyak biaya dari penduduk karena tiap desa membuat jaringan
dan pengambilan sendiri-sendiri.
3.
Karena
bangunan penangkap air bukan bangunan tetap / permanen, maka umumya pendek.
- Jaringan Irigasi Semi Teknis
Salah
satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran irigasi/pembawa
dan saluran pembuang pematus.
Ini
berarti bahwa baik saluran pembawa maupun saluran pembuang bekerja sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
Saluran
pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah - sawah dan saluran pembuang
mengalirkan kelebihan air dari sawah - sawah ke saluran pembuang. (Lihat gambar
2.3).
Petak
tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak
tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya
berkisar antara 50 - 100 ha kadang-kadang sampai 150 ha.
Jaringan
saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung
didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya
dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter.
Jaringan
irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas adalah cara
pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu – waktu
merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani.
Jaringan
irigasi teknis memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air
irigasi dan pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya
memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan
memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit di saluran primer, ekspoitasi
yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah. Kesalahan dalam pengelolaan
air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi pembagian air di jaringan
utama.
Secara
singkat; k1asifikasijaringan irigasi dapat dilihat pada tabeI3.1. berikut :
1.4 CARA PEMBERIANAIR IRIGASI
Untuk
mengalirkan dan membagi air irigasi, dikenal 4 cara utama, yaitu :
a.
Pemberian
air irigasi lewat permukaan tanah, yaitu pemberian air irigasi melalui
permukaan tanah.
b.
Pemberian
air irigasi melalui bawah permukaan tanah, yaitu pemberian air irigasi yang
menggunakan pipa dengan sambungan terbuka atau berlubanglubang, yang ditanam 30
- 100 cm di bawah permukaan tanah.
c.
Pemberian
air irigasi dengan panearan,. yaitu eara pemberian air irigasi dalam bentuk
pancaran dari suatu pipa berlubang yang tetap atau berputarpada sumbu vertikal.
Air dialirkan ke dalam pipa dan areal diairi dengan eara panearan seperti
pemancaran pada waktu hujan. Alat pancar ini kadang-kadang diletakkan di atas
kereta dan dapat dipindah-pindahkan sehingga dapat memberikan penyiraman yang
merata. Pemberian air dengan eara panearan untuk keperluan irigasi semacam ini,
belum lazim digunakan di Indonesia.
d.
Pemberian
air dengan cara tetesan, yaitu pemberian air melalui pipa, dimana pada tempat -
tempat tertentu diberi perlengkapan untuk jalan keluarnya air agar menetes pada
tanah. Cara pemberian air irigasi semacam inipun belum lazim di Indonesia.
Cara
pemberian air irigasi ini targantung
pada kondisi tanah, kedalaman tofografi, ketersediaan air, jenis
tanaman, iklim, kebiasaan petani dan pertimbangan lain.
Cara
pemberian air irigasi yang termasuk dalam eara pemberian air lewat permukaan,
dapat disebut antara lain :
a.
Wild
flooding : air digenangkan pada suatu
daerah yang luas pada waktu banjir cukup tinggi sehingga daerah akan cukup sempurna
dalam pembasahannya, cara ini hanya cocok apabila cadangan dan ketersediaan air
eukup banyak.
b.
Free
flooding : daerah yang akan diairi dibagi
dalam beberapa bagian / petak, air dialirkan dari bagian yang tinggi ke bagian
yang rendah.
c.
Check
flooding : air dari tempat pengambilan (sumber air) dimasukkan ke dalam
selokan, untuk kemudian dialirkan pada petak-petak yang kecil; keuntungan dari
sistem ini adalah bahwa air tidak dialirkan pada daerah yang sudah diairi.
d.
Border
strip method : daerah pengairan dibagi-bagi dalam luas yang keeil dengan
galengan berukuran lOx 100 m2 sampai 20 x 300 m2; air dialirkan ke dalam tiap
petak melalui pintu-pintu.
e.
Zig-zig
method : daerah pengairan dibagi dalam sejumlah petak berbentuk jajaran atau
persegi panjang; tiap petak dibagi lagi dengan bantuan galengan dan air akan
mengalir melingkar sebelum meneapai lubang pengeluaran. Cara ini menjadi dasar
dari pengenalan perkembangan teknik dan peralatan irigasi.
f.
Bazin
method : cara ini biasa digunakan di perkebunan buah-buahan. Tiap bazin
dibangun mengelilingi tiap pohon dan air dimasukkan ke dalarnnya melalui
selokan lapangan seperti pada ehek flooding.
g.
Furrow
method : cara ini digunakan pada perkebunan bawang dan kentang serta
buah-buahan lainnya. Tumbuhan tersebut ditanam pada tanah gundukan yang paralel
dan diairi melalui lembah di antara gundukan.
BAB III
KEBUTUHAN
AIR IRIGASI
Kebutuhan
air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
evapontranspirasi, kehilangan air, kebutuhan airuntuk tanaman dengan
memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi
air tanah.
1.
FAKTOR-FAKTORYANG
MEMPENGARUHIKEBUTUHAN AIR TANAMAN
a.
Topografi
Keadaan
topografi mempengaruhi kebutuhan air tanaman. Untuk lahan yang miring
membutuhkan air yang lebih banyak dari pada lahan yang datar, karena air akan
lebih cepat mengalir menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit yang mengalami
infiltrasi, dengan kata lain kehilangan air di lahan miring akan lebih besar.
b.
Hidrologi
Jumlah
contoh hujan mempengaruhi kebutuhan air makin banyak curah hujannya, maka makin
sedikit kebutuhan air tanaman, hal ini di karenakan hujan efektif akan menjadi
besar.
c.
Klimatologi
Keadaan
cuaca adalah salah satu syarat yang penting untuk pengelolaan pertanian.Tanaman
tidak dapat bertahan dalam keadaan cuaca buruk.
Dengan
memperhatikan keadaan cuaca dan cara pemanfaatannya, maka dapat dilaksanakan
penanaman tanaman yang tepat untuk periode yang tepat dan sesuai dengan keadaan
tanah.
Cuaca
dapat digunakan untuk rasionalisasi penentuan laju evaporasi dan
evapotranspirasi, hal ini sangat bergantung pada jumlah jam penyinaran matahari
dan radiasi matahari.
Untuk
penentuan tahun/periode dasar bagi rancangan irigasi harus dikumpulkan data curah
hujan dengan jangka waktu yang sepanjang mungkin.
Disamping
data curah hujan diperlukan juga penyelidikan evapotranspirasi, kecepatan
angin, arah angin, suhu udara, jumlah jam
penyinaran
matahari, kelembaban.
d.
Tekstur
tanah
Selain
membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan tempat untuk tumbuh, yang dalam
tehnik irigasi dinamakan tanah.
Tanah
yang baik untuk usaha pertanian ialah tanah yang mudah dikerjakan dan bersifat
produktif serta subur.
Tanah
yang baik tersebut memberi kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh dengan
mudah, menjamin sirkulasi air dan udara serta baik pada zona perakaran dan
secara relatif memiliki persediaan hara dan kelembaban tanah yang cukup.
2.
EFISIENSIIRIGASI
Air
yang diambil dari sumber air atau sungai yang di alirkan ke areal irigasi tidak
semuanya dimanfaatkan oleh tanaman. Dalam praktek irigasi terjadi kehilangan
air.
Kehilangan
air tersebut dapat berupa penguapan di saluran irigasi, rembesan dari saluran
atau untuk keperluan lain (rumah tangga).
a. Efisiensi
pengaliran
Jumlah
air yang dilepaskan dari bangunan sadap ke areal irigasi mengalami kehilangan
air selama pengalirannya.Kehilanganair ini menentukan besarnya efisiensi
pengaliran.
EPNG
=(Asa / Adb) x 100% dengan :
EPNG
= Efisiensi pengairan
Asa
= Air yang sampai di irigasi
Adb
= Air yang diambil dari bangunan sadap
b. Efisiensi
pemakaian
Efisiensi
pemakaian adalah perbandingan antara air yang dapat ditahan
pada
zone perakaran dalam periode pemberian air, dengan air yang diberikan pada
areal irigasi.
EPMK
=(Adzp/ Asa) x 100%
dengan
:
EPMK = Efisiensi
pemakai
Adzp = Air
yang dapat ditahan pada zona perakaran
Asa = Air
yang diberikan (sampai) diareal irigasi.
BAB IV
SISTEM
JARINGAN IRIGASI
Dalam
suatu jaringan irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok
yakni :
-
Bangunan-bangunan
utama (head works) dimana air diambil dari sumbemya, umumnya sungai atau waduk.
-
Jaringan
pembawa berupa saluran yang mengalirkan air ke petak-petak tersier.
-
Petak-petak
tersier dengan sistim pembagian air dan sistim pembuangan kolektif; air irigasi
dibagi-bagi dan dialirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air ditampung di dalam
suatu sistim pembuangan dalam petak tersier.
-
Sistim
pembuangan yang ada diluar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air ke
sungai atau saluran-saluran alamo.
4.1 PETAKIRIGASI
Untuk
menghubungkan bagian-bagian dari suatu jaringan irigasi dibuat suatu peta yang
biasanya disebut peta petak. Peta petak ini dibuat berdasarkan peta topografi
yang dilengkapi dengan garis-garis kontur dengan skala 1 : 2500, Peta petak
tersebut memperlihatkan :
-
Bangunan-bangunan
utama
-
Jaringan
dan trase saluran irigasi
-
Jaringan
dan trase saluran pembuang
-
Petak-petak
primer, sekunder dan tersier
-
Lokasi
bangunan
-
Batas-batas
daerah irigasi
-
Jaringan
dan trase jalan
-
Daerah-daerah
yang tidak diairi (misal : desa-desa)
4.2 Petak irigasi Umumnya dibagi atas tiga
bagian yaitu :
a.
Petak Primer
Petak
primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari
sumber air, biasanya sungai.
Petak
primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil air langsung dari
saluran primer.
Daerha-daerah
irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer, ini menghasilkan dua petak
primer.
b.
Petak Sekunder
Biasanya
petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer
atau sekunder.
Petak
sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu
saluran sekunder.
Batas-batas
petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, misal
saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbedabeda tergantung pada situasi
daerah.
c.
Petak Tersier
Petak
ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off
take) tersier.
Petak
tersier harns terletak langsung berbatasan langsung dengan saluran sekunder
atau saluran primer, kecuali apabila petak-petas tersier tidak secara langsung
terletak disepanjang jaringan saluran irigasi utama.
Petak
tersier mempunyai batas-batas yang jelas misalnya : parit, jalan, batas desa
dan sesar medan.
Untuk
menentukan layout, aspek-aspek berikut akan dipertimbangkan :
a. Luas
petak tersier
b. Luas
petak persier
c. Bentuk
petak tersier yang optimal
d. Kondisi
medan.
I.
PETAK TERSIER YANG IDEAL
Dikatakan ideal jika masing-masing pemilikan sawah memiliki pengambilan sendiri dan dapat membuang kelebihan air langsung ke jaringan pembuang.
Juga
para petani dapat mengangkut hasil pertanian dan peralatan mesin atau temak
mereka ke dan dari sawah melalui jalan petani yang ada.
Untuk
mencapai pola pemilikan sawah yang ideal di dalam petak tersier, para petani
harus diyakinkan agar membentuk kembali petak-petak sawah mereka dengan cara
saling menukar bagian-bagian tertentu dari sawah mereka atau dengan cara-cara
lain (lihat gambar 4.1.) .
II.
UKURAN DAN BENTUK PETAK TERSIER DAN
KUARTER
Ukuran
petak tersier bergantung pada besarnya biaya pelaksanaan jaringan irigasi dan
pembuang (utama dan tersier) serta biaya eksploitasi dan pemeliharaan jaringan.
Ukuran
optimum suatu petak tersier adalah antara 50 - 100 ha.
Ukurannya
dapat ditambah sampai maksimum 150 ha jika keadaan topografi memaksa demikian.
Dipetak
tersier yang berukuran kecil, efisiensi irigasi akan menjadi lebih tinggi
karena :
o
Diperlukan
lebih sedikit titik-titik pembagian air.
o
Saluran-saluran
yang lebih pendek menyebabkan kehilangan air yang lebih sedikit.
o
Lebih sedikit petani yang
terlibat, jadi kerja sarna lebih baik.
o
Pengaturan
(air) yang lebih baik sesuai dengan kondisi tanaman.
o
Perencanaan
lebih fleksibel sehubungan dengan batas-batas desa.
Bentuk
optimal suatu petak tersier bergantung pada biaya minimum pembuatan saluran,
jalan dan box bagi.
Apabila
semua saluran kuarter diberi air dari satu saluran tersier, maka panjang total
jalan dan saluran menjadi minimum.
Dengan
dua saluran tersier untuk areal yang sarna, maka panjang total jalan dan
saluran akan bertambah.
Bentuk
optimal petak tersier adalah bujur sangkar, karena pembagian air menjadi sulit
pada petak tersier berbentuk memanjang (lihat gambar 4.2.).
Ukuran
petak kuarter bergantung kepada ukuran sawah, keadaan topografi,
tingkat
teknologi yang dipakai, kebiasaan bercocok tanam, biaya pelaksanaan, sistem
pembagian air dan efisiensi.
Ukuran
optimum suatu petak kuarter adalah 8 - 15 ha. Lebar petak akan
bergantung
pada cara pembagianair, yakni apakah air dibagi dari satu sisi atau kedua sisi
saluran kuarter.
Di
daerah-daerah datar atau bergelombang, petak kuarter dapat membagi air ke dua
sisi. Dalam hal ini lebar maksimum petak akan dibatasi sampai 400 m (2 x 200
m). Pada tanah terjal, dimana saluran kuarter mengalirkan air ke satusisi
saja, lebar maksimum diambil 300 m. Panjang maksimum petak ditentukan oleh
panjang saluran kuarter yang diisinkan (500 m).
Kriteria
untuk pengembangan petak tersier :
Okuranpetak
tersier ,............................................................... 50 -
100 ha
Ukuran
petak kuarter,............................................................. 8 -
15 ha
Panjang
saluran tersier ,...........................................................<
1500 m
Panjang saluran kuarter,........................................................... < 500 m
Jarak
antar saluran & pembuang ,.............................................<
300 m
III.
BATAS PETAK
Batas-batas
petak tersier didasarkan pada kondisi topografi. Daerah ini hendaknya diatur
sebaik mungkin, sedemikian rupa sehingga satu petak tersier terletak dalam satu
daerah administrasi desa agar E & P jaringan lebih baik.
Jika
ada dua desa di petak tersier yang sangat luas, maka dianjurkan untuk membagi petak
tersier tersebut menjadi dua petak sub-tersier yang berdampingan sesuai dengan
daerah masing-masing.
Batas-batas
petak kuarter biasanya akan berupa saluran irigasi dan pembuang kuarter yang
memotong kemiringan medan dan saluran irigasi tersier serta pembuang tersier
atau primer yang mengikuti kemiringan medan. Jika mungkin batas-batas ini
bertepatan dengan batas-batas hak milik tanah.
Jika
batas-batas ini belum tetap, dan jaringan masih harns dikembangkan, dipakai
kriteria umum.
IV.
KONDISI MEDAN
Tipe-tipe
medan dapat diklasifikasikan sbb :
a.
Layout pada Medan Terjal.
Medan
terjal dimana tanah hanya sedikit mengandung lempung, sangat rawan terhadap
bahaya erosi oleh aliran air yang tiqak terkendali. Erosi terjadi jika
kecepatan air pada saluran tanpa pasangan lebih besar dari batas yang
diijinkan.
lni
mengakibatkan saluran pembawa tergerus sangat dalam dan penurunan elevasi muka
air mengakibatkan luas daerah yangdairi berkurang.
Dua
skema layout yang cocok untuk keadaan medan terjal ditunjukkan pada gambar 4.3
dan gambar 4.4.
Kemiringan
paling curam biasanya dijumpai tepat dilereng hilir dari saluran primer. Gambar
4.3. memperlihatkan situasi dimana sepasang saluran tersier mengambil air dari
saluran primer dikedua sisi saluran sekunder.
Sistem
pembagian air yang cocok' untuk petak tersier yang diberi air dari pengambilan seperti
ini ditunjukkan di sini, Gambar 4.4. menunjukkan situasiumum lainnya dengan
suatu bangunan sadap tersier saja.
Saluran
tersier mengikuti kemiringan medan dari box bagi pertama dan biasanya diberi
pasangan.
Pada
gambar 4.3. saluran tersier paralel dengan saluran sekunder pada satu sisi dan
memberikan aimya ke saluran kuarter garis tinggi melalui box bagi disisi
lainnya.
Pada
gambar 4.4. saluran tersier dapat memberikan aimya ke saluran kuarter di kedua
sisi.
Paling
baikjika saluran tersier ini samajauhnya dari batas-batas petak tersier,
sehingga memungkinkan lua spetak kuarter dibuat kira-kira sama. Petak-petak
semacam ini biasanya mempunyai ujung runcing, yang memerlukan saluran kwarter
yang mengikuti kemiringan medan.
Karena
saluran tersier semacam ini memerlukan pasangan dan biaya pembuatannya mahal,
maka sebaiknya dibuat minimum; sebaiknya satu saluran per petak terseier. Pada
medan yang sangat curam, sebaiknya dipakai flume (beton bertulang).
b. Layout
pada Medan Agak Terjal
Banyak
petak tersier mengambil aimya sejajar dengan saluran sekunder yang akan
merupakan batas petak tersier di satu sisi. Batas untuk sisi yang lainnya
adalah pembuang primer.
Jika
batas-batas jalan atau desa tidak ada, maka batas atas dan bawah akan
ditentukan oleh trase saluran garis tinggi dan saluran pembuang.
Gambar
4.5 dan gambar 4.6 menunjukkan dua skema layout. Gambar 4.5 untuk petak yang
lebih kecil dari 500 m dan serupa dengan gambar 4.3 kecuali saluran irigasi dan
saluran pembuang harns dibuat pisah.
Jika
batas-batas blok terpisah dari 500 m, maka harns ada saluran kuarter garis
tinggi yang kedua.
Salah
satu dari sistem ini, yang mencakup saluran tersier kedua yang mengikuti
kemiringan medan, ditunjukkan pada gambar 4.6. ada cara-cara lain untuk
mencapai hal ini dan semua metode sebaiknya dipertimbangkan segi biayanya.
Hanya
dalam hal-hal tertentu saja maka lebar petak lebih dari 1.000 m, untuk
mengatasi hal ini, saluran tersier kedua dapat memberikan aimya ke saluran
kuarter dikedua sisinya.
c.
Layout
pada Medan Bergelombang
Jika
keadaan medan tidak teratur, maka tidak mungkin untuk memberikan skema layout.
Ketidak teraturan medan sering disebabkan oleh dasar sungai, bekas alur sungai,
jalan, punggung medan dan tanah yang tidak rata.
Hendaknya
diatur trase saluran tersier pada kaki bukit utama dan memberikan air dari
salah satu sisi saluran kuarter yang mengali rparalel atau dari kedua sisi
saluran kuarter yang mungkin keaarah bawah punggu medan.
Sebaiknya
dicoba beberapa laternatif perencanaan dengan mempertimbangkan biaya kelayakan
pelaksanaannya. Bilamana perlu bangunan terjun direncanakan disaluran-saluran
tersier kuarter.
Saluran
pembuang. pada umumnya berupa saluran pembuang alam dan letaknya harns cukup jauh dari saluran
irigasi.
Saluran
pembuang alam biasanya akan melengkapi sistem punggung medan dan sisi medan.
Situasi dimana saluran irigasi harus melintasi salurna pembuang sebaiknya
dihindarkan.
Jalan
insespeksi akan mengikuti saluran tersier dan ini juga berarti mengikuti
punggung medan. Sebaiknya dibuat jalan petani dimana perIu, sehingga tidak ada
titik yang jauh dari 350 m dari jalan.
d. Layout
pada Medan Datar
Pada
umumnya tidak ada daerah datang yang lua sekali di lapangan, kecuali dataran
pantai dan tanah rawa-rawa.
Potensi
pertanian daerah-daerah semacam ini sering terhambat oleh sistem pembuangan
yang jelek dan air yang tergenang terus - menerus merusak kesuburan tanah.
Sebelum
tanah semacarn ini dibuat produktif, harus dibuat sistim pembuang yang efisien
dulu.
Tetapi
saluran pembuang ini tidak dapat direncanakan secara terpisah dari saluran
pembawa. Keduanya saling melengkapi dan layout harus direncanakan bersamaan.
Akan
diperIukan pengukuran yang lebih detail karena saluran pembuang harus mengikuti
titik yang lebih rendah. Sistem yang paling baik adalah tipe tulang ikan
(herringbone type) atau sistem yang mengikuti gtelombang bagian bawah, Kemudian
posisi saluran dapat ditentukan. Pada medan yang berat mungkin juga diperIukan
saluran pembung sub-kuarter. Pembuang ini sebaiknya berpola tulang ikan dan
digali oleh para petani.
Kemudian
layout saluran digabungkan pada jaringan pembuang. Skema layout ditunjukkan pada garnbar 4.3.
Saluran kuarter dapat memberikan air dari kedua sisinya dan panjangnya bisa
dibuat sarma dengan pembuang kuarter.
Lebar
maksimum petak kuarter bisa mencapai 400 m. Kesulitan yang dialmi dalam
memberikan air dari sawah ke sawah pada tanah datar dapat dikurangi dengan
membuat saluran cacing tegak lurus terhadap saluran kuarter.
V.
SALURAN IRIGASI
a. Jaringan
Saluran Irigasi Utama
Saluran
primer membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke petak-petak
tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang
terakhir (lihat gambar 4.9.)
Saluran
sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petas tersier yang dilayani
oleh saluran sekunder tersebut. Batas saluran sekunder adalah pada bangunan
sadap terakhir.
Saluran
pembaa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan sumber yang memberi air
pada bangunan utama) kejaringan irigasi primer.
Saluran
muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier yang
terletak diseberang petak tersier lainnya.
b.
Jaringan Saluran Irigasi Tersier.
Saluran
irigasi tersier membaa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke
dalam petak tersier lalu di saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah box
bagi kuarter yang terakhir.
Salurankuartermembawaair
daribox bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier atau parit sawah ke sawah.
c.
Jaringan Saluran Pembuang Utama
Saluran
pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang sekunder keluar
daerah irigasi. Saluran pembuang primer sering berupa saluran pembuang alam
yang mengalirkan kelebihan air ke sungai, anak sungai atau ke laut.
Saluran
pembuang sekunder menampung air dari jaringan pembuang tersir dan membuang air
tersebut ke pembuang primer atau langsung ke pembuang alam dan keluar daerah
irigasi.
d.
Jaringan Saluran Pembuang Tersier
Saluran
pembuang tersier terletak di dan antara petak-petek tersier yang termasuk dalam
unit irigasi sekunder yang sarna danmenampung air, baik dari pembuangan kuarter
maupun dari sawah-sawah.
Air
tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder. Saluran pembuang sekunder
menerima buangan air dari saluran pembuang kuarter yang menampung air
langsung dari sawah.
VI.
DIMENSI SALURAN
Untuk
pengaliran air irigasi, saluran berpenampung trapesium adalah
bangunan
pembawa yang paling umum dipakai dan ekonomis. Saluran tanah
sudah
umum dipakai untuk saluran irigsi karena biayanya jauh lebih murah
dibandingkan
dengan saluran pasangan.
Untuk merencanakan kemiringan
saluran mempunyai asumsi-asumsi mengenai parameter perhitungan, yang terlihat
seperti tabel berikut ini :
Dimana :
k = koefisien kekasaran stricker
m = kemiringan talud
n
= perbandingan lebar dasar saluran dengan
kedalaman air
VII.
STANDAR TATA NAMA
Nama-nama
yang diberikan untuk petak, saluran, bangunan dan daerah irigasi harns jelas,
pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda.
Nama-nama
yang dipilih dibuat sedemikan sehingga jika dibuat bangunan barn kita tidak
perlu mengubah semua nama yang sudah ada.
a.
Daerah Irigasi
Nama
yang diberikan sesuai dengan nama daerah setempat, atau desa terdekat dengan
jaringan bangunan utama atau sungai yang aimya diambil untuk keperluan irigasi.
Apabila
ada dua pengambilan atau lebih maka daerah irigasi tersebut sebaiknya diberi
nama sesuai dengan desa - desa terdekat didaerah layanan setempat (lihat gambar
4.10 dan gambar 4.11)
b.
Jaringan Irigasi Utama
Saluran
irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah irigasi yang dilayani.
Saluran
irigasi sekunder diberi nama sesuai dengan nama desa yang terletak di petak
sekunder.
Petak
sekunder sebaiknya diberi nama sesuai dengan nama saluran sekundemya.
c. Jaringan
Irigasi Tersier
Petak
tersier diberi nama sesuai bangunan sadap tersier dari jaringan utama.
Ruas-ruas
saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama box yang terletak diantara kedua
box (lihat gambar 4.10). Box tersier diberi kode T, diikuti nomor urut menurut
arah jarum jam, mulai dari box pertama dihilir bangunan sadap tersier, dst.
Petak
kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan nomor urut
menurut jarum jam. Diberi kode A, B, C, dst.
Box
kuarteri diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum jam (KI,
K2, dst).
Saluran
kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang dilayani tetapi dengan
huruf kecil (aI, a2, dst) lihat gambar 4.12.
d.
Jaringan Pembuang
Pada
umumnya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah yang
kesemuanya
akan diberi nama.
Apabila
ada saluran-saluran pembuang primer baru yang akan dibuat, maka saluran-saluran
itu harud diberi nama tersendiri.
Jika
saluran pembuang dibagi menjadi ruas-ruas maka masing-masing ruas akan diberi
nama mulai dari ujung hilir.
Pembuang
sekunder pada umumnya bempa sungai atau anak sungai yang lebih keeil. Beberapa
diantaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa dipakai, jika tidak sungai
tersebut akan ditunjukan dengan sebuah huruf d (d =drainase).
Pembuang tersier adalah pembuang
kategori terkeeil dan akan dibagi-bagi menjadi mas-mas dengan debit seragam,
masing-masing diberi nomor seri sendiri-sendiri (lihat gambar 4.13).
BAB V
BANGUNAN IRIGASI
Bangunan
bagi dilengkapi dengan pintu dan alat ukur. Waktu debit kecil muka air akan
turun. Pintu diperlukan untuk menaikkan kembali muka air sarnpai batas yang
diperlukan, supaya pemberian air ke cabang saluran sekunder dapat dilakukan.
Pada
cabang saluran dibuat alat ukur guna mengukur debit yang akan dialirkan melalui
saluran yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan air disawah yang akan diairi.
a.
Pintu
dan Alat Ukur
Pintu
terbuat dari :
1. Susunan
kayu yang satu sarna lain terlepas (skot balk).
2. Pintu
kayu atau besi yang dilengkapi dengan stang pengangkat. Alat ukur yang umum
dipakai.
- Pintu
ukur Romijn
- Pintu
sorong Crump - de Gruyter
b.
Bentuk Hidrolis dan Kriteria
- Skot
balk: pengalirannya merupakan pengaliran tidak sempurna, dibuat dari susunan
balok-balok persegi yang terlepas satu sama lain, susunan dibuat sesuai
kebutuhan. Lebar skot balk ditetapkan dengan mengarnbil kehilangan tekanan z =
0,05 m dan skot balk dilepaskan seluruhnya. Disarankan lebar b < 1,5 m, agar
mudah memasang dan mengambil skot balk.
- Pintu
kayu dan besi dengan perlengkapan stang pengangkat; pengalirannya merupakan
pengaliran lewat lubang. Pintu bisa dibuat dari kayu atau besi. Bila lebar
pintu b < 1,0 m lebih baik dibuat dari besi. Lebar pintu diarnbil < 2,5 m
supaya tidak terlalu berat untuk mengangkat.
-
Percabangan
pada bangunan bagi dibuat dengan sudut < 90° dan pada belokan dibuat
jari-jari > 1,0 m
c.
BAB VI
I.
BANGUNAN UTAMA
Bangunan
utama adalah bangunan yang direncanakan di dan di sepanjang sungi atau
aliraniair untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat dipakai
untuk berbagai keperluan, biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa
mengurangi kandungan sedimen yang berlebih serta memungkinkan untuk mengukur
air yang masuk.
Bangunan
ini dapat didesain dan dibangun sebagai bendung tetap, bendung gerak, atau
kombinasinya, dan harns dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan
muatan di sungai sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya, air dapat
dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhan, pada berbagai keadaan
debit sungai.
Bangunan
utama terdiri dari bagian, yaitu bangunan-bangunan pengelak dengan peredam
energi, satu atau dua pengambilan utama, pintu bilas, kolam olak, dan (jika
diperlukan) kantong lumpur, tanggul banjir, pekerjaan sungai dan
bangunan-banguan pelengkap. Gambar 5.1. Denah bangunan utama
1.
BANGUNAN PENGELAK
Bangunan pengelak adalah bagian
dari bangunan utama yang benar-benar
dibangun di dalam air. Bangunan
ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi,
dengan jalan menaikkan muka air sungai atau dengan memperlebar pengambilan di
dasar sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah bottom rack weir.
Bila bangunan tersebut juga akan
dipakai untuk mengatur elevasi air di sungai, maka ada dua tipe yang dapat
digunakan adalah bendung pelimpah (weir) dan bendung gerka (barrage).
2. BANGUNAN
PENGAMBILAN
Bangunan
pengambilan adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi dibelokkan
dari sungai melalui bangunan ini. Bangunan ini dibangun untuk dapat mengatur
banyaknya air yang masuk saluran sesuai dengan yang dibutuhkan dan menjaga air
banjir tidak masuk saluran. Garnbar 5.2. Menunjukkan bangunan pengambilan
dengan penguras bawah.
3. BANGUNAN
PENGURAS
Untuk
mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalarn jaringan saluran irigasi,
bandung perlu dilengkapi dengn bangunan penguras yang terletak pada tubuh
bendung tepat di hilir bangunan pengambilan.
Jika
pada kedua sisi dari sungai dibuat bangunan pengambilan maka bangunan penguras
juga dibuat pada kedua sisinya. Gambar 5.3 . menunjukkan bangunan penguras
dengan pintu penguras.
-
Penguras bawah
Bangunan
penguras bawah atau yang dikenal undersluice adalah plat beton mendatar di
depan dan setinggi ambang pengambilan, diantara pintu pengambilan, pintu
penguras dan pilar.
-
Pintu Penguras
Pintu
penguras dibangun sebagai terusan dari tubuh bendung di dekat dan di sebelah
hilir arnbang pengarnbilan. Tingginya pintu penguras sarnadengan tinggi bendung
sehingga dapat dilimpasi air banjir diatasnya.
4.
KANTONG LUMPUR
Bangunan kantong lumpur merupakan
pembesaran potongan melintang
salurab sampai panjang tertentu untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi kesempatan pada sedimen untuk mengendap. Bangunan ini terletak pada bagian awal dari saluran primer persis di belakang bangunan pengambilan. Gambar 5.4. Menunjukkan tipe tata letak kantong lumpur.
5.
BANGUNAN PELINDUNG
a. Bangunan krib, matras batu, pasangan
batu kosong dan latau dinding pengarah guna melindungi bangunan terhadap
kerusakan akibat penggerusan dan sedimentasi.
b. Bangunan tanggul banjir untuk
melindungi lahan yang berdekatan terhadap
genangan akibat banjir.
c. Bangunan saringan bongkah untuk
meindungi pengambilanlpembilas bawah agar bongkah tidak menyumbat bangunan
selama terjadi banjir.
d.
Bangunana
tanggul penutup untuk menutup bagian sungai lama atau, bila
bangunan
pengelak dibuat di kopur, untuk mengelakkan sungai melalui bangunan tersebut.
6.
BANGUNAN PELENGKAP
a.
Bangunan
pengukuran debit dan tinggi muka air di sungai maupun di saluran.
b.
Jembatan
di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah dijangkau,
agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum.
II.
TIPE
BANGUNAN UTAMA
Lokasi bangunan pengelak dan
pemilihan tipe yang paling cocok dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu sungai,
elevasi yang diperlukan untuk irigasi, tqpografi pada lokasi yang direncanakan,
kondisi geologi teknik pada lokasi dam metode pelaksana.
Bangunan utama dapat digolongkan
menjadi dua, yakni bangunan yang tidak mempengaruhi dan di mempengaruhi muka
air hulu.
Katagori bangunan pertama
meliputi pengambilan bebas, bendung saringan bawah dan pompa.
Katagori kedua adalah bendung
pelimpah dan bendung gerak. Kedua tipe tersebut mampu membendung air sampai
tinggi minimum yang diperlukan.
Pintu bendung gerak mempunyai
pintu yang dapat dibuka selama
banjir guna mengurangi tinggi
pembendungan.
Bendung pelimpah tidak bisa
mengurangi tinggi muka air hulu sewaktu banjir.
Semua bangunan ini dapat dibuat
dari pasangan batu atau beton, atau campuran kedua bahan ini yang masing-masing
bahan bangunannya mempengaruhi bentuk dan perencanaan bangunan tersebut,
II.1 BANGUNAN PENGAMBILAN BEBAS
Bangunan
pengambilan bebas langka dipakai karenapersyaratan untuk berfungsinya bangunan
tersebut dengan baik sangat sulit dipengarauhi. Persyaratan ini antara lain :
1.
Kebutuhan
pengambilan kecil dibandingkan dengan debit sungai andalan.
2.
Kedalaman
dan selisih tinggi energi yang cukup untuk pengelakan pada aliran normal.
3. Tanggul sungai yang stabil pada
lokasi bangunan pengambilan.
4.
Bahan
dasar yang kecil pada pengambilan dan sedikit bahan layang.
Agar
sedimen yang masuk tetap minimal, pengambilan sebaiknya dibuat diujung tikungan
luar sungai untuk memanfaatkan aliran helikoidal. Kadangkadang pula dibuat
kantong lumpur atau pengelak sedimen dihilir pengambilan.
Karena
persyaratan yang disebutkan diatas, biasanya pengambilan bebas dijumpai di ruas
atas sungai di mana kemiringan sungai curam, dasar dan tanggul sungai stabil
(batu keras).
II.2 BENDUNG SARINGAN BAWAH
Bendung
saringan bawah atau Tyroll mengelakkan air lewat dasar sungai. Flum yang
dipasang tegak lurus terhadap dasar sungai mengelakkan air melalui tepi sungai.
Flum
tersebut dipasangi saringan yang jerujinya searah dengan aliran sungai.
Saringan itu akan menghalangi masuknya bahan - bahan sedimen kasar dasar
sungai.
Bahan-bahan
yang lebih halus harns dipisahkan dengan konstruksi pengelak sedimen yang ada
dibelakang bangunan pengelak.
Perancanaan
saringan bawah harns mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, karena hal ini
akan menentukan berfungsinya bangunan dengan baik. Gambar 5.5. Menunjukkan
tipe-tipe tata letak bendung saringan bawah.
Tipe
bandung ini terutama cocok digunakan di daerah pegunungan. Karena hampir tidak
mempunyai bagian yang memerlukan eskploitasi, bangunan ini dapat bekerja tanpa
pengawasan.
Juga penggunaan saringan, bawah ini sangat menguntungkan dibagian sungai yang kemiringannya curan dengan bahan sedimen yang lebih besar, karena bendung saringan bawah tidak mempunyai bagian yang merupakan penghalang aliran sungai dan bahan dasar kasar, maka bendung ini tidak mudah rusak akibat hempasan batu-batu bongkah yang diangkut aliran. Batu-batu bongkah ini akan lolos begitu saja ke hilir sungai.
II.3. POMPA
Pompa
merupakan metode yang tleksibel untuk mengelakkan air dari sungai.
Tetapi karena biaya energinya mahal (biasannya bahan bakar atau listrik), pompa akan digunakan hanya apabila pemecahan berdasarkan gravitasi tidak mungkin, serta analisis untung-rugi menunjukkan bahwa instalsi pompa memang layak. Gambar 5.6. Menunjukkan Tipe-tipe stasiun pompa tinggi energi rendah. Dalam keadaan khusus ada dua tipe pompa yang mungkin dipakai. Kedua tipe ini tidak tergantung pada bahan bakar atau listrik.
Tipe-tipe
tersebut bangunan pompa adalah :
1. Pompa naik hidrolis (hydraulic
ram pump), yang bekerja atas dasar momentum aliran air dan dengan cara itu
pompa dapat menaikkan sedikit dari air tersebut. Karena jumlah air yang
dinaikkan sedikit, tipe pompa ini umumnya hanya digunakan untuk memompa air
minum.
2. Pompa digerakkan dengan air
terjun, di dasar pipa (shaft) vertikal dipasang sebuah rotor dimana air terjun
menyebebkan rotor berputar, di atas pipa terdapat pompa kecil yang menaikkan
air sedikit saja.
II.4. BENDUNGPELIMPAH
Tipe
bangunan pengelak yang paling umum dipakai di Indonesia adalah bendung
pelimpah. Bendung ini dibuat melintang sungai untuk menghasilkan elevasi air
minimum agar air tersebut bisa dielakkan.
Gambar
5.7. Menunjukkan denah dan potongan bangunan bendung pelimpah.
II.5. BENDUNG GERAK
Dengan
pintu-pintunya (pintu sorong, radial dantipe lainnya), bendung gerak dapat
mengatur muka air di sungai. Di daerah-daerah aluvial yang datar dimana
meningginya muka air di sungai mempunyai konsekwensi-konsekwensi yang luas
(tanggul banjir yang panjang), pemakaian konstruksi bendung gerak dibenarkan.
Karena
menggunakan bagian-bagian yang bergerak, seperti pintu dengan peralatan
angkatnya,maka bendung tipe inimenjadi konstruksiyang mahal dan membutuhkan
eksploitasi yang lebih teliti. Gambar 5.8. Menunjukkan denah dan potongan
melintang bendung gerak.
Penggunaan
bendung gerak dapat di pertimbangkan jika :
-
Kemiringan
dasar kecil/relatip datar
-
Peninggian
dasar sungai akibat konstruksi bendung tetap tidak dapat diterimakarena ini
akan mempersulit [embuangan ait atau membahayakan pekerjaan sungai yang telah
ada akibat meningginya muka air.
-
Debit
banjir tidak bisa dilewatkan dengan amanmelalui bendung tetap.
-
Pondasi
kuat, pilar untuk pintu harns kaku dan penurunan tanah akan menyebabkan
pintu-pintu ini tidak dapat dioperasikan.
BAB VII
PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN
UTAMA
Perencanaan
hidrolis bagian-bagian pokok bangunan utama adalah :
bangunan
pengambilan bebas, bendung saringan bawah, pompa, bendung pelimpah dan bendung
gerak.
VII.1. BANGUNAN PENGAMBILANBEBAS
Pengambilan
bebas dibuat di tempat yang tepat sehingga dapat mengambil air dengan baik dan
sedapat mungkin menghindari masuknya sedimen, masuknya sedimen dipengaruhi oleh
sudut antara pengambilan dan sungai, penggunaan dan ketinggian ambang penahan
sedimen skimming wall, kecepatan aliran masuk dan sebagainya.
Agar
mampu mengatasi tinggi muka air yang berubah-ubah di sungai,pengambilan harns
direncanakan sebagai pintu aliran bawah.
VII.2 BENDUNG SARINGAN BAWAH
Bendungan
saringan bawah atau bendung Tyroll dapat direncana dengan berhasil di sungai
yang kemiringan memanjangnya curam, mengangkut bahanbahan berukuran besar dan
memerlukan bangunan dengan elevasi rendah.
Dalam
perencanaannya hal-hal berikut hendaknya dipertimbangkan :
1. Bendung saringan bawah idak cocok
untuk stingai yang fluktuasi bahan angkutannya besar. Sungai di daerah - daerah
gunung api mudah dapat mempunyai agradasi yang besar dalam waktu singkat.
2.
Dasar
sungai yang rawan gerusan memerlukan pondasi yang cukup dalam.
3. Bendung harus direncanakan dengan
seksama agar aman terhadap rembesan.
4.
Konstruksi
saringan hendaknya dibuat sederhana, tahan benturan batu dan mudah dibersihkan
jika tersumbat.
5. Bangunan hams dilengkapi dengan
kantong lumpur/pengelak sedimen yang cocok dengan kapasitas tampung memadai dan
kecepatan aliran cukup untuk membilas partikel,
satu didepan pintu pengambilan dan satu di awal saluran primer.
6.
Harus
dibuat pelimpah yang cocok di saluran primer untuk menjaga jika
terjadi
kelebihan air.
Perencanaan
saringan dan saluran akan didasarkan pada kebutuhan pengambilan serta kecepatan
yang dibutuhakn untuk mencegah masuknya sedimen ke dalam saluran bertekanan.
Panjang
saringan kearah aliran di sungai yang diperlukan untuk mengelakkan air dalam
jumlah tertentu per meter lebar bendubg, ditentukan dengan rumus di bawah ini,
Gambar 5.12. Menunjukkan hidrolika saringan bawah.
ijin share gan.
BalasHapusjangan lupa kunjungi blog saya untuk melihat hasil share artikel agan
Mata Dunia
makasih materinya , ijin share.
BalasHapusmaterinya bagus, ijin share bro
BalasHapusZkala
gambar nya mana kak?
BalasHapus