BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Metode dan Penelitian
Adapun metode, berasal dari kata ‘methodos’ (Yunani)
yang bermaksud adalah cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan suatu
kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk
memahami suatu subjek atau objek penelitian untuk menemukan jawaban yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan keabsahannya.
Adapun penelitian,
menurut Soerjono Soekanto adalah kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis
dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.
B. Pengertian Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan,
kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu.
Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode.
Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan
sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan
terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang
mendorong penelitian untuk melakukan penelitian.
Setiap orang mempunyai motivasi yang berbeda, di
antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profesi masing-masing. Motivasi dan
tujuan penelitian secara umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa penelitian
merupakan refleksi dari keinginan manusia yang selalu berusaha untuk mengetahui
sesuatu. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan
kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan
penelitian. Adapun tujuan Penelitian adalah penemuan, pembuktian dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
BAB II
PERANAN DAN JENIS – JENIS
PENELITIAN
A. Kegunaan dan Peranan Penelitian
Kegunaan penelitian ialah untuk menyelidiki keadaan
dari, alasan, untuk dan konsekuensi terhadap suatau set keadaan khusus, keadaan
tersebut bisa saja dikontrol melalui percobaan (eksperimen) ataupun berdasarkan
observasi tanpa kontrol.
Di negara – negara yang telah berkembang, apresiasi
terhadap karya penelitian sudah begitu melembaga dan penggunaan dana untuk
keperluan penelitian tidak pernah dipertanyakan lagi manfaatnya. Pengeluaran
negara untuk penelitian dapat mencapai 1-2 persen dari total pengeluaran
negara.
B. Jenis – Jenis Penelitian
Secara umum, penelitian dapat dibagi atas dua jenis,
yaitu penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied
research).
a.
Penelitian dasar (basic
research)
Penelitian dasar atau penelitian murni adalah pencarian
terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil suatu
aktivitas. Penelitian dasar dikerjakan tanpa memikirkan ujung praktis atau
titik terapan, hasil penelitian dasar adalah pengetahuan umum dan pengertian –
pengertian tentang alam serta hukum – hukumnya. Pengetahuan umum ini merupakan
alat untuk memecahkan masalah – masalah praktika, walaupun ia tidak memberikan
jawaban yang menyeluruh untuk tiap masalah tersebut.
b.
Penelitian Terapan (applied
research)
Penelitian terapan ( applied
research) adalah penyelidikan yang hati
– hati, sistematik dan terus - menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan
untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu.
Lima langkah dalam melaksanakan penelitian terapan
menurut Charters (1925) antara lain :
1.
Sesuatu yang sedang diperlukan,
dipelajari, diukur dan diperiksa kelemahannya.
2.
Satu dari kelemahan – kelemahan
yang diperoleh, dipilih untuk penelitian.
3.
Biasanya dilakukan pemecahan
dalam laboratorium.
4.
Kemudian dilakukan modifikasi
sehingga penyelesaian dapat dilakukan untuk diterapkan.
5.
Pemecahannya dipertahankan dan
menempatkannya dalam suatu kesatuan sehingga ia menjadi bagian yang permanen
dari satu system.
C. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian dapat dipergunakan untuk memahami
masalah, memecahkan masalah, dan mengantisipasi masalah.
1.
Memahami masalah yaitu data yang diperoleh dari
penelitian digunakan untuk memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak
diketahui dan selanjutnya diketahui.
2.
Memecahkan masalah yaitu data yang diperoleh dari
penelitian digunakan untuk meminimalkan atau menghilangkan masalah.
3.
Mengantisipasi masalah yaitu data yang diperoleh
dari penelitian digunakan untuk mengupayakan agar masalah tersebut tidak
terjadi.
Diagram
alir proses penelitian
Jenis
Data dalam Penelitian
D. Desain
Penelitian
Desain
penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan penelitian.
Pola desain penelitian dalam setiap disiplin ilmu memiliki kekhasan
masing-masing, namun prinsip-prinsip umumnya memiliki banyak kesamaan. Desain
penelitian memberikan gambaran tentang prosedur untuk mendapatkan informasi
atau data yang diperlukan untuk menjawab seluruh pertanyaan penelitian.
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit
dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam
arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan
penelitian. Dalam rancangan perencanaan dimulai dengan mengadakan observasi dan
evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada
penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih
lanjut.
Oleh
karena itu, sebuah desain penelitian yang baik akan menghasilkan sebuah proses
penelelitian yang efektif dan efisien. Klasifikasi desain penelitian dibagi
menjadi dua, yaitu:
- Desain penelitian eksploratif
Penelitian eksploratif bertujuan untuk menyelidiki suatu
masalah atau situasi untuk mendaptkan pengetahuan dan pemahaman yang baik dan
mendalam tentang masalah atau situasi yang dijadikan objek penelitian
2.
Konklusif.
Desain penelitian konklusif dibagi menjadi dua tipe,
yaitu:
- Dekriptif
Penelitian deskriptif memiliki pernyataan yang jelas
mengenai masalah yang akan diteliti, hipotesis yang spesifik, dan informasi
detail yang dibutuhkan.
- Kausal
Desain penelitian harus mampu menggambarkan semua proses yang
diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang membantu peneliti
dalam pengumpulan dan menganalisis data, secara singkat, desain penelitian
dapat didefinisikan sebagai rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan
untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih luas, desain
penelitian mencakup proses-proses sebagai berikut: 1. Identifikasi dan
pemilihan masalah penelitian
2. Pemilihan
kerangka konseptual
3. Memformulasikan
masalah penelitian dan membuat hipotesis
4. Membangun penyelidikan atau percobaan
5. Memilih serta mendefinisikan pengukuran
variabel-variabel
6. Memilih prosedur dan teknik sampling
yang digunakan
7. Menyusun alat serta teknik untuk
mengumpulkan data
8. Membuat coding, serta mengadakan editing
dan processing data
9. Menganalisa data dan pemilihan prosedur
statistik dan
10. Penulisan laporan hasil penelitian.
Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat
percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel, prosedur dan
teknik sampling, instrumen, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan
pelaporan hasil penelitian.
Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, maka tujuan rancangan
penelitian adalah untuk memberikan suatu rencana untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Konsideran utamanya dalam rancangan
perencanaan adalah untuk mengkhususkan mekanisme kontrol yang akan digunakan
dalam penelitian, sehingga jawaban atas pertanyaan akan menjadi jelas dan
sahih. Selanjutnya rancangan penelitian dalam makna pelaksanaan, sangat terkait
dengan pembuktian hipotesis, menyatakan suatu kejelasan hubungan sebab akibat
dan setiap variabel yang terlibat, dan dari penentuan instrumen pengumpulan
data akan jelas terukur tingkat validitas internal dan validitas eksternal.
Rancangan penelitian lebih menekankan pada aspek baik
atau tidak baik dan sangat tergantung pada derajat akurasi yang diinginkan oleh
peneliti, derajat pembuktian hipotesis, dan tingkat perkembangan dan ilmu
pengetahuan yang menjadi perhatian.
Dalam menyusun perancangan penelitian seorang peneliti
harus benar benar memahami bagai mana langkah – langkah yang harus ditempuh
dalam proses penelitian. Pemahaman peruses penelitian ini akan membantu para
peneliti dalam menyusun strategi yang tepat pada saat perancangan penelitian
disusun. Langkah – langkah yang ditempuh dalam suatu proses penelitian antara lain
:
1. Perumusan ide
penelitian, yang meliputi antara lain :
- Penentuan thema / topic penelitian
- pengkajian khasanah teoritikal
- pengungkapan khasanah masalah praktik
- penyusunan wording judul penelitian.
2. Penyusunan usulan
proyek penelitian (UPP)
3. Pelaksanaan
penelitian, terdiri dari :
- Menyusun dan menguji instrument
penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen
pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen
merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif
tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata
(2008:52) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara
kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut
psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan
atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif,
perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif,
perangsangnya adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
- Mengumpulkan fakta dan data
(histories)
Data
adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti
untuk kepentingan memecahkan masalah atau menjawab perta- nyaan penelitian.
Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan
dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung.
- Mengolah fakta ( baik contoh maupun
data )
- Melakukan analisis dan pengujian
terhadap fakta dan data
- Menyimpulkan hasil analisis
4. Penyusunan laporan
penelitian.
a. Bagian Pembuka
- Judul
- judul haeus menanamkan fakta yang ingin diungkapkan, jelas, positif, singkat,
khas, serta mampu menampilkan kata kunci sebuah tulisan
- Halaman
judul Sesudah cover dan memuat judul, penulis dan penerbit(jika ada)
- Halaman
pengesahan
- Halaman
penerimaan
- Kata
pengantar Terima kasih kepada Tuhan, judul, alasan/tujuan menulis, terima kasih
kepada pendukung, harapan, pengakuan kekurangan, menerima kritik dan saran.
- Abstrak
- Daftar
isi
- Daftar
table
- Daftar
grafik, bagan atau skema
- Daftar
singkatan
b. Bagian Inti
- Pendahuluan
Penting Perlu adanya kata kunci yang digunakan pada
rumusan masalah, tujuan dan hipotesis, yaitu nama-nama variabel yang ingin
dihubungkan, dibedakan atau diteliti.
- Kajian
pustaka dan kerangka teori
Pada kajian pustaka diungkapkan teori-teori serta hasil
laporan penelitian terdahulu yang pernah dilakuakan pada topik yang sama atau
serupa. Berdasarkan analisis yang mendalam peneliti dapat membatasi masalah dan
ruang lingkupnya. Untuk laporan penelitian unggulan seperti tesis dan disertasi
biasanya juga disusun kerangka teori berdasarkan hasil analisis kajian pustaka.
Dalam kajian pustaka disajikan cuplikan atau sitasi dan kutipan.
-
Metode penelitian
Metodologi membedakan antar karya ilmiah dan bukan
ilmiah dan laporan ilmiah bercirikan prosedur pelaksanaannya logis dan
sistematis.
Metode Penjelasan :
- Pendekatan/desain
penelitian (kuantitatif atau kualitatif; sensus atau servey; cross-section atau
time series; eksplorasi atau korelasional; eksperimen murni atau kesperimen
buatan, dll.)
- Populasi
dan sampel penelitian (sampling acak; klaster; atau terpilih== purpisove)
- Metode
pengumpulan data dan analisis data (kuesioner; wawancara; observasi; analisis
kuantitatif atau kualitatif)
- Kelemahan-kelemahan
penelitian
- Hasil dan
Penelitian
Hasil analisis data serta pembahasanya berdasarkan kajian pustaka
dan kerangka teori yang Isinya:
- Hasil analisis lengkap
- Hasil
analisis pokok yang berhubungan dengan tujuan pembahasan hasil tersebut
- Simpulan dan Saran
a. Simpulan
: dapat bernomor atau paragraf. Yang paragraf lebih mengalir.
b. Saran : bukan suatu
keharusan.
c. Bagian
Penutup
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran
3. Indeks
4. Glosarium
BAB III
PENYUSUNAN USULAN PEROYEK PENELITIAN
Dalam bab ini akan dibahas bagai mana teknik perumusan usulan proyek
penelitian, pembahasan meliputi bagai mana UPP dari sudut pandang peneliti
profesianal serta bagai mana perumusan UPP dari aspek karya tulis ilmiah untuk
pengajuan skripsi / tesis. Pembedaan ini dimaksud untuk menunjukkan adanya
perbedaan pendekatan.
UPP adalah suatu pernyataan tertulis mengenai rancangan penelitian secara
keseluruhan yang meliputi perumusan permasalahan serta latar belakangnya.
A. Usulan Penelitian Bagi
Penelitian Profesional
Seorang peneliti professional akan menyadari segala ide
yang telah dituangkan dalam suatu UPP akan dinilai oleh ahli lainnya mengenai
kelayakan usulan yang diajukannya. Kadang kala ide penelitian yang sangan
relevan dapat juga dianggap tidak layak oleh team karena membutuhkan biaya
penelitian yang sangat tinggi dan munkin juga sangat berbahaya.
B. Guna Rancangan Usulan
Penelitian Serta Bentuk Dan Isinya
Suatu penelitian itu mungkin bermaksud dan bertujuan untuk
memperoleh data informasi dan kemudian untuk bahan menulis misalnya :
a. Skripsi
b. Makalah untuk
seminar, simposium, dan pertemuan ilmiah lainnya
c. Karangan ilmiah
d. Tesis
e. Laporan proyek
Bobot dan mutu akademis karangan ilmiah hasil penelitian
itu dapat dikaji dan dinilai dari 6 aspek Aktualitas masalah, masalah yang
diformulasikan haruslah masalah yang masih hangat diperbincangkan/upto date dan
banyak mencari perhatian para ahli untuk dicari jawabannya serta juga harus
nyata adanya relevansi manfaat praktis, Jawaban masalah yang dikemukakan
bernilai prakktis, sehingga hasil penelitian bedaya guna serta menjangkau
masyarakat luas. Kesimpulan- kesimpulan yang ditarik harus mantap dan
saran-sarannya menarik perhatian dan beralasan kuat
Metodologi penelitian akurat bobot mutu akademis karya tulis hasil penelitian
itu ditentukan juga oleh adekuasi rancangan penelitian, instrumentasi dan
pengukuran, metodologi penulisannya juga ikut menentukan bobot nilai/ mtu
akademis karya tulis ilmiah Orisinalitas penelitian
Penelitian disebut orisinal bila bahan dan atau metode
yang digunakan belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, setidak-tidaknya
menurut jangkauan informasi yang tersedia. Dengan kata lain walaupun bahan sama
tetapi metodenya beda, maka penelitian itu dianggap penelitian orisinal dan
juga sebaliknya jika bahan beda tapi metode sama itu juga digolongkan
penelitian orisinal. Sumbangan terhadap ilmu pengetahuan Penelitian yang
bersipat integratif dan konprehensif yaitu penelitian yang hasilnya merupakan kebulatan
dan menyeluruh
c.
Sistematika penyusunan karya tulis
Ketajaman logika (way of thinking) dan urutan serta
kaitan logika (flow of thought) ini mengarahkan sistematika dan jelasnya pokok
persoalan dalam karya tulis, apabila materi yang terkumpul dikomunikasikan secara
konsisten dengan menjaga relevansi setiap aspek, sedemikian sehingga kalimat
yang satu berhubungan dean berkaitan maka komunikasi yang dibuat akan lebih
epektiif, rancangan usulan penelitian adalah langkah yang paling awal dalam
proses penyusunan penelitian. Usulan penelitian adalah langkah berikutnya, dan makalah
adalah hasil akhirnya.
Rancangan usulan penelitian ini memberi gambaran secara menyeluruh
tentang pokok masalah yang hendak diteliti, teori dan konsep serta data yang
dipakai untuk melakukan penelitian; cara penelitian dilakukan dan hasil yang
diharapkan akan dicapai. Rancangan usulan penelitian ini dipakai untuk menilai
apakah seorang itu bisa mulai melakukan penelitian secara mandiri.
BAB IV
MERUMUSKAN HIPOTESIS
1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo
= di bawah, thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, hipotesa
merupakan sebuah istilah ilmiah yang
digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang
mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam
penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis,
tidak ada perbedaan makna
di dalamnya. Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap
masalah yang akan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang
timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian
hipotesis, peneliti
dapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini
disebut percobaan
atau eksperimen.
Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang
dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya
bahwa (karena langit mendung) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata
beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar.
Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun
hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.
Ketika berfikir untuk sehari-hari,
orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan
sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan
bahwa diantara sejumlah fakta ada hubungan tertentu Proposisi inilah yang akan membentuk proses
terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian.
Proses
pembentukan hipotesis merupakan sebuah proses penalaran,
yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian juga terjadi dalam pembuatan
hipotesis ilmiah,
yang dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga dapat dikatakan
bahwa sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.
2. Kegunaan Hipotesis
Kegunaan hipotesis secara garis besar adalah
1 Memberikan
batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2. Mensiagakan
peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang
begitu saja dari perhatian peneliti.
3. Sebagai
alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa
koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai
panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
Oleh karena itu, kualitas
manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat tergantung pada:
1. Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta
yang ada.
2. Imajinasi dan pemikiran kreatif dari si peneliti.
3. Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti.
4. Metode dan desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.
3.
Karakteristik Hipotesis
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan
dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian.
Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis
tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan
juga sukar diuji secara nyata. Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik
dan benar, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni :
- Hipotesis diturunkan dari suatu teori
yang disusun untuk menjelaskan masalah
dan dinyatakan dalam proposisi - proposisi.
Oleh sebab itu, hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara atas
masalah yang dirumuskan atau searah dengan tujuan penelitian.
- Hipotesis harus dinyatakan secara jelas,
dalam istilah yang benar
dan secara operasional. Aturan
untuk, menguji satu hipotesis secara empiris
adalah harus mendefinisikan secara operasional semua variabel
dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel
independen dan variabel dependen.
- Hipotesis menyatakan variasi nilai
sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan gambaran mengenai fenomena
yang diteliti. Untuk hipotesis deskriptif berarti
hipotesis secara jelas menyatakan kondisi, ukuran,
atau distribusi
suatu variabel atau fenomenanya yang dinyatakan dalam nilai-nilai yang
mempunyai makna.
- Hipotesis harus bebas
nilai.
Artinya nilai-nilai yang dimiliki peneliti
dan preferensi subyektivitas tidak
memiliki tempat di dalam pendekatan ilmiah seperti halnya dalam hipotesis.
- Hipotesis harus dapat diuji. Untuk itu, instrumen harus ada
(atau dapat dikembangkan) yang akan menggambarkan ukuran yang valid dari variabel
yang diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode
yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti dapat
merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai,
dan spesifik, serta
menemukan bahwa tidak ada metode penelitian
untuk mengujinya. Oleh sebab itu, evaluasi
hipotesis bergantung pada eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik
metode observasi,
pengumpulan data, analisis data, maupun generalisasi.
- Hipotesis harus spesifik. Hipotesis harus
bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan sebenarnya. Peneliti harus
bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan yang sebenarnya. Peneliti harus
memiliki hubungan
eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah (seperti, positif dan negatif). Satu
hipotesis menyatakan bahwa X berhubungan dengan Y adalah sangat umum.
Hubungan antara X dan Y dapat positif atau negatif. Selanjutnya, hubungan
tidak bebas dari waktu,
ruang,
atau unit
analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan menekankan hubungan yang
diharapkan di antara variabel, sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang
diharapkan untuk dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi
penting secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti
karena dalam teori
dijelaskan arah hubungan antara variabel yang akan dihipotesiskan.
- Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau
hubungan antar-variabel. Satu hipotesis yang memuaskan adalah salah satu
hubungan yang diharapkan di antara variabel dibuat secara eksplisit.
4. Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara
umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesis pada umumnya sebagai berikut :
1. Penentuan
masalah.
Dasar penalaran ilmiah
ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena
sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
berdasarkan hukum
atau teori
atau dalil - dalil ilmu yang
sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan
perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah
mendapat bentuk perumusan masalah.
2. Hipotesis
pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis). Dugaan
atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, observasi
tidak akan terarah. Fakta
yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak
relevan dengan masalah
yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian,
hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian,
namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba
sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3. Pengumpulan
fakta. Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas
itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan
ketepatan memilih fakta.
4. Formulasi
hipotes. Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak
dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat
hubungan tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas
menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh
dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua
benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal
dengan hukum gravitasi.
5. Pengujian
hipotesa, artinya mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diobservasi
dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).
Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Terjadi falsifikasi(penyalahan) jika usaha menemukan fakta dalam
pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa, dan bilamana usaha itu tidak
berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi(corroboration). Hipotesa yang sering mendapat
konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6. Aplikasi/penerapan.
apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah
ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan
fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
5. Jenis - Jenis Hipotesis
a. Hipotesis
tentang perbedaan vs hubungan
Hipotesis jenis ini merupakan hipotesis tentang hubungan analitis
yakni secara analisis menyatakan hubungan atau perbedaan satu sifat dengan
sifat lainnya. Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang
menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis ini
mendasari teknik penelitian korelasional atau regresi.
Hipotesis tentang perbedaan adalah pernyataan yang menyatakan adanya
ketidaksamaan antarvariabel tertentu karena adanya pengaruh yang berbeda-beda.
Hipotesis ini mendasari teknik penelitian komparatif.
b. Hipotesis kerja vs hipotesis nol
Hipotesis kerja adalah pernyataan rekaan yang hasil pengujiannya
diterima, sedangkan hipotesis nol adalah penyataan rekaan yang hasil
pengujiannya ditolak. Dalam rangka pengolahan data hipotesis ini disebut
hipotesis stastistik. Jadi dalam sebuah penelitian dengan menggunakan metode
penelitian kuantitatif, terdapat dua macam hipotesis, yaitu :
1. Hipotesis
penelitian yang diungkapkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Misalnya, terdapat
hubungan atau perbedaan anatara variabel x dengan variabel y. hipotesis
tersebut dilambangkan dengan ‘Ha” atau “H1” apabila terdapat
hubungan dan “H0” apabila tidak terdapat hubungan atau perbedaan.
2. Hipotesis
statistik adalah hipotesis yang dilambangkan dengan rumus-rumus statistik.
Misalnya, terdapat hubungan antara variabel x dengan variabel y, untuk “H0”
dilambangkan dengan Py = 0 dan “Ha” / “H1”
dilambangkan dengan Py > 0. Sedangkan apabila hipotesis
penelitiannya “terdapat perbedaan variabel x dengan variabel y, maka hipotesis
statistiknya untuk “H0” dilambangkan dengan M = 0 dan untuk “Ha”
/ “H1” dilambangkan dengan M ≠ 0.
c. Hipotesis
ideal vs common sense (akal sehat)
Hipotesis common sense biasanya menyatakan hubungan
kegiatan terapan. Misalnya, hubungan antara tenga kerja dengan luas garapan,
hubungan antara tenaga kerja dengan jumlah siswa ddalam satu kelas. Sebaliknya,
hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis ideal.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan yang logis antara
keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Misalnya, kita mempunyai keseragaman
empiris dan hubungan antar sekolah; sekolah yang berlokasi di tengah-tengah
pemukiman penduduk, sekolah yang berlokasi di tengah-tengah pusat perbelanjaan,
sekolah yang berlokasi di tengah-tengah lingkungan industri, sekolah yang
berlokasi di tengah-tengah perkantoran dan sebagainya. Contoh, hubungan anatar
prestasi belajar siswa dengan sekolah yang berlokasi di pusat perbelanjaan,
hubungan motivbasi belajart siswa dengan sekolah yang di tengah-tengah
pemukiman penduduk.
6. Menguji Hipotesis
Hipotesis berfungsi untuk memberi suatu penyataan terkaan tentang
hubungan tentative antara fenomena - fenomena dalam penelitian.
Kemudian hubungan tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya menurut
teknik-teknik yang sesuai untuk keperluan pengujian.
Untuk menguji hipotesis
diperlukan :
a) Data
atau fakta dan kerangka pengujian hipotesis harus ditetapkan dahulu sebelum si
peneliti mengumpulkan data
b) Pengetahuan
yang luas tentang kerangka teori, penguasaan penggunaan teori secara logis,
statistik dan teknik-teknik pengujian. Cara pengujian hipotesis tergantung pada
metode desain penelitian yang digunakan.
BAB V
PERANCANGAN INSTRUMEN PENELITIAN SURVEI
Penelitian survey digolongkan menjadi dua, yang bersifat
deskriptif dan analitik.
1. Rancangan Penelitian Deskriptif
a. Definisi Rancangan Penelitian Deskriptif
Rancangan penelitian deskriptif merupakan rancangan
penelitian non eksperimental yang bersifat sederhana berupa sumpling survey.
b. Ciri-ciri
Penelitian Deskriftif
- Merupakan penelitian kuantitatif dengan
tujuan untuk mendeskripsikan variabel-variabel utama subjek
studinya.
- Terdapat hubungan sebab akibat hanya
merupakan perkiraan yang didasarkan atas table silang yang
disajikan.
- Tidak dibutuhkan kelompok kontrol sebagai
pembanding karena yang dicari adalah prevalensi penyakit atau fenomena
tertentu.
- Hasil penelitian hanya disajikan sesuai
dengan data yang diperoleh tanpa dilakukan analisis yang mendalam.
- Merupakan penelitian pendahuluan, digunakan
bersama-sama dengan hampir semua jenis penelitian.
- Pengumpulan data dilakukan satu priode
tertentu.
- Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan
cross sectional berupa sampling survey atau data sekunder dari rekam
medis.
- Dapat dilakukan pada wilayah terbatas atau
meliputi wilayah yang lebih luas
c. Manfaat
Penelitian Deskriptif
- Digunakan untuk menyusun perencanaan
pelayanan kebidanan pada masyarakat.
- Diperlukan untuk mengadakan evaluasi program
pelayanan kebidanan yang telah dilakukan.
- Usulan untuk penelitian lanjutan.
- Diperlukan untuk membandingkan prevalensi
masalah penyakit tertentu antar daerah atau satu daerah dalam waktu yang
berbeda.
d. Bentuk
pertanyaan penelitian (contoh)
- Berapa besar prevalensi hipertensi dalam
kehamilan bagi ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun?
- Berapa besar prevalensi penggunaan tablet Fe
oleh ibu hamil untuk mengatasi kekurangan zat besi pada ibu hamil yang
mengalami anemia?
e. Rumusan
tujuan penelitian (contoh)
- Untuk mengetahui prevalensi penyakit
hipertensi dalam kehamilan bagi ibu hamil yang berumur lebih dari 35
tahun.
- Untuk mengetahui pemakaian tablet fe oleh
ibu hamil di wilayah kerja… dalam mengatasi kekurangan zat besi pada ibu
hamil yang mengalami anemia.
f. Pengolahan
data menggunakan rumus
Menggunakan rumus :
P = f / N x 100
2. Metode
Penelitian Survei Analitik
Survei analitik adalah survei atau penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian
melakukan analisis dinamika kolerasi antara fenomena, baik antara faktor risiko
dengan faktor efek, antar faktor risiko, maupun antar faktor efek.
Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari
adanya faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah suatu fenomena yang
mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh). Secara garis besar survey analitik
ini dibedakan dalam 3 pendekatan (jenis), yakni Survey Analitic Cross
Sectional, Survey Analitic Case Control (Retrospective), dan Survey Analitic
Cohort (Prospective).
a. Penelitian Cross
Sectional
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach). Penelitian cross sectional ini sering disebut juga
penelitian transversal, dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian
epidemiologi.
b. Penelitian Case
Control
Penelitian case control adalah suatu penelitian (survey)
analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan
pendekatan “retrospective”. Dengan kata lain efek (penyakit atau status
kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi
adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu. Adapun tahap-tahap penelitian case
control ini adalah sebagai berikut :
- Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor
risiko atau efek)
- Menetapkan objek penelitian (populasi dan
sampel)
- Identifikasi kasus
- Pemilihan subyek sebagai control
- Melakukan pengukuran “retrospektif” (melihat
kebelakang) untuk melihat faktor risiko.
- Melakukan analisis dengan membandingkan
proporsi antara variabel-variabel objek penelitian dengan
variabel-variabel objek kontrol.
BAB VI
PERANCANGAN SAMPLE ( SAMPLE DESIGN )
a. Langkah
Terdapat enam
langkah dasar dalam melakukan sebuah penelitian survei, yakni :
- Langkah pertama, yaitu dengan membentuk hipotesis
awal, menentukan jenis survei yang akan dilakukan akankah melalui surel (e-mail),
wawancara
(interview), atau telepon, membuat pertanyaan-pertanyaan,
menentukan kategori
dari responden, dan menentukan setting penelitian.
- Langkah kedua, yaitu merencanakan cara untuk
merekam data
dan melakukan pengujian awal terhadap instrumen survey.
- Langkah ketiga, yaitu menentukan target populasi
responden yang akan di survei, membuat kerangka sampel
survei, menentukan besarnya sampel, dan memilih sample.
- Langkah keempat, yaitu menentukan lokasi
responden, melakukan wawancara (interview), dan
mengumpulkan data.
- Langkah kelima, yaitu memasukkan data ke komputer,
mengecek ulang data
yang telah dimasukkan, dan membuat analisis
statistik
data.
- Langkah keenam, yaitu menjelaskan metode
yang digunakan dan menjabarkan hasil penemuan untuk mendapatkan kritik,
serta melakukan evaluasi.
B. Jenis
Terdapat 3 jenis penelitian survei dengan berbagai kelebihan dan
kelemahannya masing-masing.
- Melalui surat (mail-questionare) merupakan cara untuk menguji tanggapan responden
melalui pengiriman kuesioner via pos. Kelebihan dari mail-questionare adalah hemat biaya,
hemat waktu, responden bisa memilih waktu yang tepat baginya untuk mengisi
kuesioner, ada jaminan kerahasiaan (anonymity)
yang lebih besar, keseragaman kata (tidak dibacakan lagi), tidak ada bias
pewawancara, serta banyak responden yang dapat dicapai (dibandigkan dengan
pengiriman pewawancara ke banyak tempat). Sedangakan, kekurangannya adalah
tidak fleksibel, terdapat kecenderungan rendahnya tanggapan (response rate), hanya perilaku verbal
yang tercatat, idak ada kendali atas lingkungan
(ribut, diganggu), tidak ada kendali atas urutan
pertanyaan, bisa menyebabkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab,
tidak bisa merekam jawaban secara spontan,
kesulitan untuk membedakan antara tidak menjawab (non-response) dengan salah alamat, tidak ada kendali atas waktu
pengembalian, tidak dapat menggunakan format yang kompleks,
dan bisa mendapatkan sample yang bias.
- Metode wawancara tatap muka (face-to-face interview)
merupakan cara untuk menguji tanggapan responden dengan bertemu muka atau
berhadapan langsung. Kelebihan dari penelitian face-to-face interview adalah fleksibilitas, tingkat respon (response rate) yang baik,
memungkinkan pencatatan perilaku non verbal, kendali atas
lingkungan waktu menjawab, kemampuan untuk mengikuti urutan pertanyaan dan
pencatatan jawaban seecara spontan, responden tidak bisa curang dan harus
menjawab sendiri, terjaminnya kelengkapan jawaban dan pertanyaan yang
dijawab, adanya kendali atas waktu menjawab pertanyaan, serta dapat
digunakan untuk kuesioner yang kompleks. Sedangkan, kelemahannnya adalah
biayanya yang mahal, waktu yang
dibutuhkan untuk bertanya dan untuk
berkunjung ke lokasi, bias pewawancara, tidak ada kesempatan bagi
responden untuk mengecek fakta, mengganggu responden, kurang menjamin kerahasiaan,
kurangnya keseragaman pertanyaan, serta kurang bisa diandalkan untuk
mencapai banyak responden.
- Wawancara telepon (telephone interview) merupakan cara menguji tanggapan
respondenvia telepon. Kelebihan dari telephone interview adalah tingkat respon (Respon rate) lebih tinggi dari mail atau self administered. memnungkinkan
untuk menjangkau geografis yang luas/ jauh, waktu lebih
singkat, dapat mengontrol tahapan pengisian kuesioner, dapat
melakukan pertanyaan lanjutan probing, dan
memungkinkan untuk format pertanyaan yang lebih kompleks. Sedangkan,
kekurangannya adalah biaya tinggi, panjang wawancara terbatas, terbatas
untuk responden yang memiliki telepon,
mengurangi anonimitas, memungkinkan bias pewawancara,
sulit untuk pertanyaan
terbuka, membutuhkan bantuan visual, serta hanya
dapat mencatat hal-hal tertentu dari latar belakang suara atau intonasi suara.
C. Hal-hal yang perlu dihindari
Dalam membuat pertanyaan untuk penelitian survei, seorang peneliti
perlu memerhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Hindari penggunaan jargon
(contoh : sosialisasi, demokrasi),
kata-kata slank (contoh : gaptek, cupu, geje) , dan penggunaan singkatan.
- Hindari ambiguitas
atau pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan dan pertanyaan yang kabur.
- Hindari bahasa
yang emosional dan bias
prestise (gelar) à gunakan bahasa yang netral.
- Hindari pertanyaan yang di dalam satu kalimat
terdapat 2 pertanyaan sekaligus (double barraled).
- Hindari pertanyaan yang mengarahkan jawaban responden (leading
question).
- Hindari pertanyaan yang di luar kemampuan
responden untuk menjawabnya.
- Hindari pertanyaan yang dimulai dengan premis yang salah.
- Hindari pertanyaan mengenai masa depan.
- Hindari pertanyaan yang menggunakan dua
pernyataan negatif (double
negative).
- Hindari pertanyaan dengan kategori jawaban
yang tumpang tindih.
BAB VII
METODELOGI PENELITIAN EKSPERIMEN (PERCOBAAN)
Percobaan
atau disebut juga eksperimen
(dari Bahasa Latin:
ex-periri yang berarti menguji
coba) adalah suatu set tindakan dan pengamatan, yang dilakukan untuk mengecek
atau menyalahkan hipotesis atau mengenali hubungan
sebab akibat antara gejala.
Dalam penelitian ini, sebab dari suatu gejala akan diuji untuk mengetahui
apakah sebab (variabel bebas) tersebut memengaruhi akibat (variabel terikat). Penelitian
ini banyak digunakan untuk memperoleh pengetahuan
dalam bidang ilmu alam
dan psikologi
sosial.
a. Sejarah
Wilhelm Wundt, Perintis
penelitian percobaan
Penelitian eksperimen semula diambil dari Ilmu Alam dan dimulai
dalam studi ilmu psikologi. Wilhelm M. Wundt, seorang
psikolog dari Jerman,
memperkenalkan metode eksperimen ke dalam studi psikologi. Wundt mendirikan sebuah laboratorium
eksperimen dan dijadikan sebagai contoh oleh para ilmuwan sosial. Akhir abad 18, Jerman sebagai pusat
pengetahuan berhasil mengundang para ilmuwan sosial dari seluruh dunia untuk
mempelajari metode tersebut.
Menjelang tahun 1900, peneliti dari Amerika
dan berbagai universitas di dunia mendirikan
laboratorium psikologi untuk melakukan penelitian eksperimen. Kelahiran
penelitian eksperimen dalam ilmu sosial telah mengubah pendekatan ilmu sosial
yang filosofis,
introspektif, dan integratif menjadi interpretif. Pada masa Perang Dunia
II, penelitian eksperimen mulai banyak digunakan dalam bidang sosial
untuk menjelaskan studi mengenai mental manusia dan
kehidupan sosial secara objektif.
Perluasan
penggunaan metode eksperimen pada era ini ditandai dengan :
- Behaviorisme,
yang menekankan pada studi mengenai pengukuran tingkah
laku sebagai ekspresi mental seseorang.
- Kuantifikasi, yang
menekankan penghitungan fenomena sosial dengan angka-angka.
Dalam ilmu sosial, penghitungan berbasis angka banyak diterapkan dalam statistika
sosial.
- Perubahan
dalam subjek penelitian. Penelitian eksperimen pada awalnya menekankan
peneliti professional sebagai subjek dari penelitian tersebut. Namun
dalam perkembangannya, subjek penelitian eksperimen berupa orang-orang
awam yang belum dikenalnya, sehingga obyektifitas dari hasil penelitian
tersebut lebih terjamin.
- Aplikasi
praktis. Penelitian
eksperimen diterapkan secara praktis dalam berbagai hal untuk menguji
hubungan sebab akibat.
Tahun 1950 dan 1960, metode penelitian eksperimental ini sudah
banyak digunakan dalam peneliti sebagai cara untuk menguji hipotesa
dengan standar
error yang kecil. Memasuki
tahun 1970, penelitian eksperimen semakin banyak digunakan untuk mengevaluasi penelitian.
Sampai saat ini, penelitian eksperimen
merupakan penelitian yang banyak digunakan karena sifatnya yang logis, sederhana, konsisten, memerlukan
sedikit biaya,
dan secara jelas menggambarkan
hubungan sebab akibat antar gejala.
b. Karakteristik
Penelitian
percobaan setidaknya memiliki 3 ciri utama, yakni:
- Secara khas menggunakan kelompok kontrol
sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok yang dikenai
perlakuan eksperimental.
- Menggunakan sedikitnya dua kelompok
percobaan.
- Berfokus pada keabsahan ke dalam (internal validity).
c. Contoh
Dalam sebuah penelitian yang menguji mengenai pengaruh tayangan kriminalitas
terhadap tingkat agresifitas anak, terdapat dua
kelompok yang masing-masing beranggotakan 15 orang. Kelompok pertama
dimasukkan ke dalam sebuah ruangan selama beberapa waktu dan sengaja hanya
diberikan tayangan kriminalitas, sedangkan kelompok kedua dibiarkan untuk
memilih menonton tayangan apa saja. Setelah beberapa waktu, dapat dibandingkan hasil percobaan yang telah
kita lakukan terhadap kelompok pertama dan kelompok kedua.
d. Langkah
Secara garis
besar, langkah yang ditempuh dalam penelitian percobaan adalah
- Menetapkan topik
penelitian
- Menyempitkannya dalam pertanyaan
penelitian
- Mengembangkan hipotesa
- Merancang desain
penelitian eksperimen yang baik
- Menetapkan berapa jumlah kelompok
- Menentukan kapan dan bagaimana memasukkan stimulus
- Menentukan kapan melakukan pengukuran
variable terikat.
- Membuat analisa
dan kesimpulan
akhir.
e. Hal-hal yang perlu disiapkan
Langkah
awal melakukan penelitian percobaan adalah dengan menentukan kelompok mana
yang menjadi kelompok eksperimen (kelompok yang diberi stimulus), kelompok mana yang
menjadi kelompok kontrol (kelompok yang
tidak diberi stimulus), apa stimulus yang diberikan, dan cara pengambilan sampel tersebut.
Cara pengambilan sampel tersebut dibedakan menjadi pembagian
acak (random assignment) dan pencocokkan (matching). Pembagian acak berarti
membagi sampel yang telah dipilih menjadi dua kelompok secara acak, tanpa
berdasar pada urutan tertentu dengan tujuan pembandingan. Pencocokkan
berarti membagi sampel tersebut berdasarkan kesamaan karakteristik tertentu. Pengambilan
berdasarkan pencocokkan ini jarang dilakukan karena sulitnya peneliti untuk
menemukan kesamaan antara subjek-subjek penelitian.
Setelah membagi ke dalam dua kelompok tersebut, peneliti
membandingkan hasil percobaan antara kelompok eksperimen dan kelompok control.
Sebelum melakukan percobaan, pihak peneliti akan melakukan test awal (pretest) untuk mengamati gejala variable terikat
sebelum diberikan stimulus. Setelah percobaan berakhir,
pihak peneliti akan melakukan test akhir (posttest) untuk membandingkan adanya pengaruh variable sebab
terhadap variable akibat. Dari sana, hubungan sebab akibat antar gejala akan
teruji.
f. Jenis
Secara garis besar, penelitian
percobaan (eksperimen) terbagi menjadi penelitian laboratorium
(laboratory experiment) dan
penelitian lapangan
(field experiment). Masing-masing
penelitian tersebut memliki kelebihan dan kelemahan tersendiri.
g. Penelitian
laboratium
Penelitian laboratorium merupakan penelitian yang dilakukan dalam
ruangan tertutup, dimana kelompok
eksperimen dijauhkan dari variable pengganggu sebab dapat memengaruhi hasil
dari pengujian hubungan sebab akibat.
- Kelebihan penelitian ini adalah hasil dari
penelitian ini lebih dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya karena
hanya memfokuskan
pada pengujian hubungan sebab dan akibat.
- Kelemahan penelitian laboratorium adalah
penelitian ini belum tentu dapat diberlakukan dalam kehidupan
sehari-hari.
h. Penelitian lapangan
Penelitian lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dalam
ruangan terbuka, dimana kelompok
eksperimen masih dapat berhubungan dengan faktor-faktor luar.
- Kelebihan penelitian lapangan adalah hasil
penelitian ini dapat diberlakukan dalam kehidupan sehari-hari.
- Kelemahan penelitian lapangan adalah tingkat kepastian
hubungan sebab akibat tidak sebesar pada penelitian laboratorium karena
sulitnya untuk mengontrol variabel-variabel pengganggu.
i. Tipe-tipe desain
• Tipe desain klasik (classical
experimental design)
Dalam tipe ini, pembagian dua kelompok subjek penelitian
dilakukan secara pembagian acak (random assignment). Pada kelompok
eksperimen, pertama-tama dilakukan pengamatan awal, lalu diberikan stimulus,
dan untuk mengetahui hasilnya dilakukan pengamatan akhir. Pada kelompok kontrol, dilakukan pengamatan
di awal dan di akhir, tanpa diberikan
stimulus tertentu.
• Tipe
pengamatan akhir (two group posttest only)
Dalam tipe ini, pembagian dua kelompok subjek penelitian
dilakukan secara pembagian acak (random assignment). Pada kelompok
eksperimen langsung diberikan stimulus dan pengamatan akhir, tanpa dilakukan
pengamatan awal. Pada kelompok kontrol,
pengamatan hanya diberikan satu kali saja.
• Tipe empat
kelompok (solomon four group)
Tipe ini merupakan penggabungan dari tipe desain klasik dan tipe
pengamatan akhir. Dalam tipe ini, terdapat dua kelompok eksperimen dan dua
kelompok control. Pada kelompok eksperimen pertama, dilakukan pengamatan
terlebih dahulu, lalu diberikan stimulus, dan dilakukan pengamatan akhir. Untuk
kelompok kontrol pertama, dilakukan pengamatan awal dan pengamatan akhir. Pada
kelompok eksperimen kedua, langsung diberikan stimulus dan pengamatan
akhir tanpa pengamatan awal. Untuk kelompok kontrol kedua, pengamatan hanya
diberikan satu kali saja.
j. Etika
Dalam melakukan sebuah penelitian percobaan, terdapat etika dan aturan-aturan
yang harus diperhatikan oleh sang peneliti karena menyangkut kebebasan
dan hak asasi subjek
penelitian. Berikut adalah etika penelitian percobaan:
- Kebebasan bagi publik
untuk mengakses hasil penelitian.
- Menjaga kerahasiaan
(privacy) subjek
penelitian.
- Mengirimkan hasil penelitian kepada subjek.
- Memberikan hal subjek
dan meminta persetujuan terlebih
dahulu untuk kesediaan menjadi
subjek penelitian, dengan memberitahukan konsekuensi yang
muncul dalam penelitian.
- Memberitahukan secara jujur dan jelas kepada subjek
tentang prosedur
penelitian yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan setelah penelitian
percobaan (eksperimen) selesai dilakukan.
- Memberikan terapi
atau bantuan pemulihan kepada
subjek yang mengalami akibat negatif, baik secara fisik
atau psikis dari
penelitian, sampai kembali sehat seperti semula.
- Penelitian yang melibatkan binatang
harus memperhatikan akibat negatif yang mungkin dialami binatang, seperti indera
melemah, menyendiri, serta memar atau luka
fisik.
BAB VIII
PENULISAN LAPORAN PENELITIAN
1. Hakikat Penulisan
Laporan
Tahap akhir dari suatu kegiatan penelitian adalah
menulis atau menyusun laporan penelitian. Penulisan laporan penelitian
merupakan bagian yang sangat penting, karena melalui laporan penelitian
tersebut, hasil penelitian dapat dibaca oleh orang lain, mudah dipahami, serta
dapat dijadikan sebagai alat dokumentasi untuk pengujian dan pengembangan
penelitian lebih lanjut.
Ada hal-hal yang prinsip yang perlu diperhatikan dalam
membuat laporan penelitian sosial, yaitu sebagai berikut.
a. Penulis menggunakan
bahasa sederhana dengan tata bahasa yang baku.
b. Menghindari
penggunaan kata-kata yang bermakna sama secara berulang-ulang.
c. Menghindari
penggunaan bahasa klise yang kurang bermakna.
d. Arah dan tujuan
penulisan harus sesuai dengan maksud penelitian.
e. Ada pemisahan antara
teori dan hasil penelitian di lapangan.
2. Ciri-Ciri Penulisan
Laporan Penelitian
Ada beberapa ciri penulisan laporan penelitian, yaitu
objektif, sistematis, jelas, terbuka, dan logis.
a. Objektif,
artinya penulis harus mengungkapkan apa adanya, dan tidak mengada-ada.
b. Sistematis,
artinya tulisan menurut alur pemahaman yang runtut dan berkesinambungan.
c. Jelas,
artinya segala informasi yang ditulis dapat mengungkapkan sesuatu secara
jernih.
d. Terbuka,
artinya selalu dapat menerima pembaruan apabila ada pendapat baru yang lebih
baik dan kebenarannya dapat teruji melalui kritik dari pihak lain.
e. Logis,
artinya keterangan yang diungkapkan harus memiliki argumentasi yang dapat
diterima oleh akal sehat, runtut, dan nalar.
Menurut Saifudin Azwar dan Leavitt, ada beberapa cirri
yang ada dalam penulisan laporan penelitian, yaitu sebagai berikut.
a. Komunikasi yang
jelas lewat tata bahasa tulis yang baik.
b. Alur
pernyataan yang mulus dengan kontinuitas yang terpelihara antara satu gagasan
dengan gagasan lainnya.
c. Hemat kata-kata.
d. Pemilihan kata-kata
yang komunikatif dan tidak menimbulkan makna ganda.
e. Tidak
menggunakan kata-kata sensitif, stereotip, dan berbau SARA (suku bangsa, agama,
ras).
f. Menggunakan kosa
kata teknis.
g. Mengemukakan fakta,
serta deduksi dan induksi yang didasari oleh fakta.
h. Tidak biasa dalam
memilih fakta demi menciptakan kesan tertentu.
3. Fungsi Penulisan
Laporan Penelitian
Penulisan laporan penelitian dari berbagai masalah
social yang terjadi di masyarakat karena adanya perbedaan antara yang
seharusnya dengan kenyataan yang terjadi atau yang ada dapat digunakan untuk
hal-hal berikut ini.
a. Keperluan
studi akademis (misalnya skripsi untuk S-1, tesis untuk S-2, dan desertasi
untuk S-3).
b. Perkembangan ilmu
pengetahuan.
c. Keperluan publikasi
ilmiah.
4. Format Penulisan
Laporan Penelitian
Penulisan laporan penelitian harus mengikuti format baku
yang telah ditetapkan, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Perlu
kita ketahui bahwa ada perbedaan antara penyusunan laporan penelitian
kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Perbedaan-perbedaan itu terletak pada
bagian isi. Untuk mengetahuinya, ikutilah pembahasan berikut ini.
a. Bagian Awal
Bagian awal penulisan biasanya antara penulisan laporan
penelitian yang bersifat kuantitatif dan kualitatif tidak jauh berbeda, bahkan
dapat dikatakan sama saja. Karena ini sudah mengacu pada format penulisan yang
baku.
Bagian awal laporan penelitian berisi hal-hal berikut ini.
i. Halaman Judul
ii. Halaman Pengesahan
iii. Halaman Persembahan
iv. Halaman Motto
v. Kata Pengantar
vi. Daftar Isi
vii. Daftar Tabel (bila
ada)
viii. Daftar Gambar (bila
ada)
ix. Daftar Lampiran
x. Abstraksi
b. Bagian Isi
Bagian ini merupakan bagian inti dari laporan
penelitian. Format pada bagian ini antara penelitian kualitatif dan kuantitatif
tidak jauh berbeda. Namun agar lebih spesifik, perlu kita lihat dua buah
kerangka untuk masing-masing jenis laporan penelitian itu.
1. Kerangka Penulisan Laporan
Penelitian Kuantitatif
Bab I: Pendahuluan
A. Latar Belakang
Permasalahan
B. Tujuan Penelitian
C. Definisi Variabel
Bab II: Landasan Teori
A. Telaah Pustaka
B. Hipotesis Penelitian
Bab III: Metode Penelitian
A. Variabel dan
Operasionalisasinya
B. Sasaran Penelitian
C. Alat Pengumpulan Data
D. Prosedur Penelitian
E. Cara Analisis Data
Bab IV: Hasil Analisis
A. Deskripsi Data
B. Pengujian Hipotesis
Bab V: Pembahasan dan Kesimpulan
A. Pembahasan
B. Kesimpulan dan Saran
(Rekomendasi)
2. Kerangka Penulisan Laporan
Penelitian Kualitatif
Bab I: Pendahuluan
A. Latar Belakang
Permasalahan
B. Perumusan Masalah dan
Pembatasan Permasalahan
C. Tujuan, Kegunaan, dan
Prospek Penelitian
D. Kerangka Kerja
Konseptual (Conseptual Framework)
E. Tinjauan Pustaka
F. Sistematika
Penulisan
Bab II: Gambaran Umum
A. Deskripsi tentang
Subjek Penelitian
B. Petunjuk Studi
(Penelitian)
Bab III: Metodologi
A. Deskripsi Latar,
Entri, dan Kehadiran Peneliti
B. Deskripsi Peneliti
sebagai Alat dan Metode Penelitian yang Digunakan
C. Tahap-Tahap
Penelitian dan Pengumpulan Data
D. Proses Pengolahan dan
Analisis Data
Bab IV : Penyajian
Data
A. Deskripsi Penemuan
B. Deskripsi Hasil
Analisis Data
C. Penafsiran dan
Penjelasan
Bab V: Teknik Pemeriksaan
Keabsahan Data
A. Perpanjangan Kehadiran
Pengamat
B. Diskusi Rekan Sejawat
C. Analisis Kasus
Negatif
D. Kecukupan Referensial
E. Triangulasi: Metode,
Sumber, Peneliti
F. Pengecekan Anggota
G. Auditing
Bab VI : Kesimpulan
dan Rekomendasi
c. Bagian Akhir
Pada bagian akhir penulisan laporan penelitian ini
antara penelitian kualitatif dan kuantitatif juga sama, yaitu berisi daftar
pustaka dan lampiran.
5. Petunjuk Penulisan
Seorang peneliti dalam menyusun atau menulis laporan
penelitian hendaknya tidak merasa terbebani dalam menggunakan kata-kata atau
bahasa. Dia harus bersikap rileks dan seolah-olah sedang bercerita mengenai apa
yang telah diperoleh dari penelitiannya. Dengan menggunakan bahasa yang
komunikatif diharapkan pembaca dapat memahami hasil penelitian itu.
Dalam melakukan penulisan laporan penelitian, penulis
atau peneliti harus mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang telah
ditetapkan. Menurut Guba dan Lincoln, ada beberapa petunjuk yang dapat
bermanfaat dalam penulisan laporan penelitian, di antaranya adalah sebagai
berikut.
a. Penulisan hendaknya
dilakukan secara informal.
b. Penulisan
hendaknya tidak bersifat penafsiran atau evaluative kecuali bagian yang
mempersoalkan itu.
c. Penulis
hendaknya menyadari jangan sampai terlalu banyak data yang dimasukkan.
d. Penulis
hendaknya tetap menghormati janji untuk tidak menuliskan nama subjek dan
menjaga kerahasiaannya.
e. Penulis hendaknya
tetap melaksanakan penjajagan audit.
f. Penulis
hendaknya menetapkan batas waktu penyelesaian laporan dan bertekad untuk
menyelesaikannya.
6. Penelaahan Laporan
Penelitian
Laporan penelitian yang dibuat peneliti penting untuk
ditelaah kembali. Ini dimaksudkan untuk memeriksa kembali isi atau hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian. Menurut Lincoln dan Guba, suatu penelaahan harus
memenuhi beberapa kriteria tertentu, yaitu sebagai berikut.
a. Apakah
uraian tentang lokasi telah benar-benar menggambarkan keadaan sebenarnya.
b. Apakah ada
kekeliruan pengungkapan fakta atau interpretasi.
c. Apakah ada data atau
informasi penting yang dibuang.
d. Apakah
penafsiran yang telah dilakukan oleh peneliti sesuai dengan penafsiran subjek.
e. Apakah
kerahasiaan dan usaha untuk tidak mencantumkan nama latar penelitian dan subjek
sudah benar-benar terjamin.
f. Apakah
ada persoalan-persoalan yang hangat dan sensitive yang ikut dimasukkan dalam
laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Nazir,
Ph.D, 1988, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta
Rosady Ruslan, SH, MM, 2003, Metode Penelitian Public Relations Dan
Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Ibnu Subiyanto,…, Metodologi Penelitian, Universitas Guna Darma Kmkosipil.blogspot.com
ttp://irpantips4u.blogspot.com/2012/05/rancangan-penelitian.html
http://ssbelajar.blogspot.com/2012/12/penulisan-laporan-penelitian.html